Total Tayangan Halaman

Selasa, 15 Maret 2011

Pemuas Nafsu Bos

Aku cepat-cepat memakai celana dan merapikan bajuku, ketika kudengar ketukan di pintu. Demikian pula Sheila. Dia merapikan rambut dan bajunya. Awalnya blus yang dipakai sudah terbuka seluruh kancingnya, sehingga dadanya yang putih dan indah itu terlihat. Sheila lalu duduk di meja kerjanya dan menyuruhku membukakan pintu.

Agaknya Rosita yang datang dengan map ditangan. Dia melihatku dengan pandangan aneh. Entah apa yang dipikirkannya. Aku melihat jam ditangan hampir pukul 14.30. Waktu makan siang sudah habis. Pantas saja Rosita, sekretaris Sheila, sudah kembali mengerjakan tugasnya.

Sheila tengah membaca proposal yang dibawa Rosita, sementara aku hanya diam saja di sofa ruangan Sheila. “Mungkin cukup untuk siang ini, Wim. Lakukan tugas yang kuberikan tadi dengan baik”, kata Sheila memecah kesunyian di antara kami.

Aku hanya mengangguk, lalu keluar dari ruangan itu. Sheila adalah bosku langsung. Usianya 34 tahun. Tetapi dia belum menikah. Padahal, menurutku, dia sudah memiliki segalanya. Rumah, mobil dan penghasilan besar. Entah kurang apalagi dia, sehingga sampai sekarang masih melajang.

Antara aku dengan Sheila bukan hanya sebatas hubungan atasan bawahan lagi, melainkan lebih dari itu. Sebab, Sheila selalu menuntut aktivitas seksual, jika kami hanya berduaan. Padahal aku sendiri sudah menikah. Wina, istriku, termasuk tipe wanita yang setia. Dia memang bukan wanita karier. Namun dia mencoba mengerti pekerjaanku. Kami sudah menikah tiga tahun, dan belum juga dikaruniai anak.

Sebenarnya aku tak pernah punya niat untuk berselingkuh. Di dalam hatiku juga tidak ada niatan untuk menggantikan Wina dengan wanita lain. Tetapi godaan dari Sheila sungguh membuatku tak mampu untuk menolak. Kecantikan Sheila sebenarnya bukan hal utama yang menarik lelaki, termasuk diriku. Tetapi justru dengan wajahnya yang biasa-biasa saja, dia berkesan sensual dengan kulit putih dan tubuh ramping tanpa lemak. Ditambah lagi dengan kegesitan dan kedinamisan geraknya, membuat laki-laki banyak mengaguminya.

Di kantorku saja, beberapa manajer dan direktur tertarik padanya. Tetapi anehnya, dia tetap dingin menanggapinya. Entah apa sebabnya dia justru memilihku untuk melayaninya di tempat tidur. Pada awal mulanya aku selalu hormat padanya. Lebih-lebih karena aku termasuk pegawai baru di kantor ini. Itu sebabnya aku berusaha menunjukkan kesungguhanku dalam bekerja.

Pada suatu siang aku dipanggil keruangannya. “Wim, perusahaan mengirimku untuk menemui klien di Bandung. Aku ingin kamu ikut agar suatu saat kalau aku berhalangan datang kamu bisa menggantikan tugasku”, katanya.

Aku senang sekali mendengar hal itu. Berarti Sheila percaya kepadaku. Aku mengabarkan hal ini kepada Wina. Dia sama sekali tidak curiga, meskipun aku bilang hendak menginap di hotel bersama bos wanitaku. “Aku percaya kepadamu. Ini juga demi kemajuan kariermu”, katanya memberi semangat.

Kami berangkat dengan kereta. Sepanjang perjalanan, kami banyak mengobrol tentang hal-hal pribadi. Termasuk perkawinanku dan harapanku. Tetapi aku susah sekali mengorek tentang pribadinya, karena ia hanya tertawa saja ketika kutanya mengenai pria idamannya.

Pukul 22.00, kami tiba di salah satu hotel berbintang di Bandung. Agaknya perusahaan kami hanya menyediakan sebuah kamar untuk Sheila. “Tidak mengapa Win, kita bisa menggunakan bed ekstra untuk kamu. Hitung-hitung pengiritan”, katanya membaca kebingunganku.

Sebenarnya aku canggung sekali harus tidur sekamar dengan wanita lain. Lebih-lebih wanita itu adalah bosku. Namun aku tidak kuasa menolak perintahnya. Lagipula aku tidak punya uang untuk itu. Kulihat Sheila tidak canggung berada sekamar denganku. Dia malah seenaknya membuka blazer, dan hanya menggunakan kamisol dan celana pendek, lalu masuk ke kamar mandi Aku hanya duduk terdiam saja. Rasa sungkanku ternyata lebih banyak mempengaruhiku, sehingga aku tidak bisa bersantai.

Tak lama kemudian Sheila keluar dengan hanya menggunakan mantel handuk, rambutnya yang sebahu basah.
“Wim, kamu gak mau mandi?, sekalian kamu mandi kan saya bisa bertukar pakaian”, katanya.
“Baik Bu, saya juga mau mandi sekarang ini”, kataku.
“Kalau tidak sedang di kantor, atau menemui klien, kamu panggil aku dengan Sheila aja, Bukankah usia kamu lebih tua ketimbang saya?”.
“Baiklah, Sheila”, jawabku sambil segera masuk ke kamar mandi. Saat mandi aku kembali membayangkan istriku yang ada di rumah, kelembutannya, tak terasa aku seperti dekat dengannya, ada letupan-letupan kecil dari gariahku yang membuat alat kelaki-lakianku menggeliat-geliat dan mengeras. Dan aku memain-mainkan beberapa saat lamanya dengan menggunakan sabun seperti biasanya.

Ketika aku membuka pintu kamar mandi dan keluar, aku melihat Sheila masih sedang mengeringkan rambut dengan menggunakan hair-dryernya. Tetapi Sheila sudah mengenakan gaun tidur putih yang amat tipis. Saking tipisnya sehingga aku bisa melihat bahwa tidak ada pelindung yang menutupi keindahan payudaranya, hanya terlihat Sheila menggunakan CD warna putih saja.

Sinar lampu kamar yang remang-remang ditambah dengan lampu dari meja rias membuat baju tipisnya menerawang. Sebagai lelaki normal aku menelan ludah melihat pemandangan ini. Aku bisa melihat lekuk-lekuk tubuhnya yang indah. Pinggangnya yang ramping membuatku berdecak kagum dalam hati. Tetapi aku tidak berani memandangnya dengan lama-lama.
“Wim, Saya sudah menelepon ke bagian house keeping, ternyata Ekstra Bed sudah habis”, katanya.
“Ah tidak kenapa-napa kog Sheila, Saya bisa tidur di bangku saja”, jawabku.
“Jangan Wim, malam ini kamu harus beristirahat penuh, sebab besok kamu harus menjalankan tugas pertama kamu dengan sebaik-baiknya, sayapun tidak keberatan kamu tidur di ranjang” jawab Sheila sambil mematikan lampu ruangan, dan kami pun berusaha tidur.

Satu jam telah berlalu, namun mataku tidak bisa terpejam. Kulihat Sheila sepertinya sudah tidur. Akupun berusaha memejamkan mataku supaya bisa cepat tidur. Tiba-tiba aku merasakan adanya dekapan halus di dadaku. Aku mengintip dari sebelah mataku, ternyata sheila masih tertidur mungkin aku dianggapnya sebagai guling. Aku tidak berani membangunkannya, kudiamkan saja dan aku kembali berusaha tidur. Kira-kira beberapa menit kemudian kurasakan tangan Sheila berpindah tempat dari dadaku tiba-tiba berpindah menempel di atas celanaku, tepatnya di atas kemaluanku.

Akupun tetap membiarkannya, dan tetap berusaha untuk tidur, tapi tetap aja gagal. Adanya tangan lembut menempel di atas penisku, membuat jantungku berdegup kencang. Tanpa bisa kukendalikan lagi, darah-darah di dalam pembuluh tubuhku bergerak dengan cepatnya kearah kemaluanku. Dan kurasakan aku tidak mampu lagi menahan aliran tersebut, hingga kurasakan kemaluanku mulai mengeras secara perlahan-lahan sampai akhirnya menegang dan sangat keras, sedangkan tangan Sheila tetap saja bertengger di atas kemaluanku.

Tiba-tiba aku merasakan adanya gerakan halus yang datangnya dari jari-jari Sheila, seperti gerakan mengelus-elus kecil ke seluruh batang penisku. Aku tetap diam saja tidak berani memberikan reaksi, namun tetap aku merasakan seluruh elusan-elusan tangannya yang lembut, membuat penisku kini menjadi ereksi dengan sempurna. Dan aku sangat menyesalkan ketika tiba-tiba tangan Sheila berpindah tempat menuju ke perutku. Ah kenapa harus berpindah tempat, pikirku dengan kesal.

Namun kekesalanku tampaknya tidak berlangsung lama, karena aku merasakan perlahan-lahan tangan Sheila kembali turun ke arah bawah, namun sampai di perbatasan celanaku tangan Sheila kembali diam. Ah Sheila jangan menyiksaku seperti ini doaku memohon. Seperti bisa membaca seluruh pikiranku, tangan Sheila kembali mulai bergerak-gerak kecil, dan astaga! kini tangan Sheila tidak bergerak di atas celanaku, tetapi secara perlahan tetapi pasti tangannya masuk ke dalam celanaku dan mencengkeram dengan lembut batang penisku yang sangat ‘tegang’. Dan beberapa saat kurasakan tangannya bergerak turun naik, batang kemaluanku dikocok-kocok dengan lambut, napasku sudah tidak beraturan lagi, dan tiba-t
iba wajah Sheila mendekat ke wajahku.

“Wim, kamu belum tidur kan?” tanyanya lembut. Aku membuka mataku dan kulihat Sheila sudah dekat sekali dengan wajahku.
“Belum Sheila”, jawabku.
“Ehm.., Wim, maukah kamu menggangap aku sekarang ini sebagai istrimu, aku membutuhkan kasih sayang dan kehangatanmu malam ini”, pintanya. Seperti terhipnotis saja aku mengangguk kecil setelah menyaksikan dadanya yang putih mulus dan masih kencang tidak tertutup karena belahan baju tidurnya yang rendah.

Begitu mendapatkan signal setuju dariku, Sheila tanpa sungkan-sungkan lagi kini mencumbuku dengan panasnya, Ciumannya yang dahsyat membuatku mengikuti seluruh kegairahan yang tertumpah dari Sheila. Dalam gairah yang menggebu-gebu tanpa terasa pakaian yang kami gunakan satu persatu terlepas dan akhirnya kami bergelut tanpa menggunakan apa-apa lagi. Sheila memang luar biasa, aku hanya bisa menahan napas ketika Sheila memain-mainkan lidahnya dan mengulum seluruh batang penisku dengan lincahnya. Dan akupun membalas dengan hebatnya dengan merangsang seluruh bagian-bagian payudaranya apalagi ketika aku melumat habis clitoris yang terdapat di vaginanya, tampak tubuh Sheila menggelinjang-gelinjang tak kuasa menahan nikmat. Malam itu kami lalui berdua dengan penuh kepuasan.

Pagi harinya aku baru sadar dan bahkan setengah tidak percaya mengingat kejadian tadi malam yang begitu mengesankan. Aku masih melihat Sheila tertidur pulas tanpa busana di sampingku. Aku baru saja hendak bangun, ketika Sheila menggeliat bangun dan tersenyum kepadaku.
“Kamu hebat, Wim. Aku sampai kewalahan loh”, katanya. Kemudian dia naik ke atas perutku, lantas mendekatkan kepalanya ke wajahku. Dalam keadaan itu, dua benda lembut menyentuh dadaku. Agaknya dia ingin membuatku terangsang. Dan, kami berdua seperti lupa diri lagi.

Sejak itu hubunganku dengan Sheila berubah. Kami sering melakukan hubungan seksual, pada waktu senggang di kantor. Ini memang sangat memungkinkan pada waktu jam makan siang. Agar tidak mencolok, kami berangkat dengan kendaraan masing-masing. Kemudian bertemu di tempat yang telah ditentukan. Menjelang sore kami kembali ke kantor, dengan kendaraan masing-masing.

Sudah hampir enam bulan ini aku melayani gairah Sheila di ranjang. Selama ini hampir setiap hari aku harus mencumbunya agar hasrat seksnya terpuaskan. Aku juga tak tahu, apa yang membuatku begitu mudah berpaling kepadanya. Sebenarnya aku tak sepenuhnya melupakan Wina, Sheila hanya menuntut pelayananku pada jam kamtor saja. Pada malam hari dia tak pernah menghubungiku. Apa sebenarnya yang dinginkan Sheila?

Dia sepertinya tidak menginginkan hubungan yang serius denganku. Keinginannya bertemu denganku hanya karena dia tidak mampu menahan hasrat seksualnya. Dia tak pernah menanyakan, bagaimana hubunganku dengan Wina. Terus-terang, kadang-kadang aku merasa kredibilitas pekerjaanku tidak terlepas dari pengaruhnya sebagai atasan.

Kadang-kadang aku berniat untuk menolak ajakannya bermain seks. Namun, aku takut karierku akan macet total lantaran tidak mengikuti keinginannya. Selama ini aku merasakan karierku mengalami sedikit kemajuan, setelah aku selalu mengikuti seluruh perintah-perintah ‘lainnya’. Sheila banyak membuka order buatku sehingga penghasilanku dapat bertambah.

Sekarang kami sudah jarang berkencan di hotel. Tetapi itu bukan berarti aktivitasku melayaninya juga berhenti. Tempat kencan kami berpindah ke ruang kerjanya. Ketika jam makan siang, Sheila memanggilku di ruangannya, Dari gerak-geriknya, aku tahu pasti dia meminta ‘jatahnya’ siang ini.
“Aku lapar Sheila, Aku ingin makan siang dulu”, elakku.
Tetapi Sheila justru tersenyum, “Nih aku telah menyiapkan makanan untukmu” katanya sambil menyodorkan sepiring nasi siap saji.

Rupanya dia menyiapkan segalanya. Aku tidak punya alasan lagi untuk menghindarinya. Dengan lambat kuhabiskan makan siangku karena aku tahu aku akan membutuhkan tenaga yang banyak untuk melayani Sheila. Dan begitu makan siangku selesai, Sheila tidak mau membuang waktunya. Aku duduk di sofa hitam, sementar Sheila duduk di atas pangkuanku. Wajahnya dihadapkan persis di wajahku, lantas dia mulai menciumiku.

Sheila membuka kancing bajuku satu persatu, sembari terus mencumbuiku. Sampai pada kancing terakhir, tangannya dengan lincah bergerak ke celanaku. Dan cerita selanjutnya akan panjang kalau diceritakan, yang jelas aku dan penisku berusaha setengah mati supaya tidak ‘kalah’ selagi tangan-tangan Sheila mengocok-ngocok penisku dengan bernafsunya.

Tingkah Sheila tidak hanya berhenti di situ saja. Dengan gaya erotis dia mulai membuka bajunya satu persatu sampai tak tersisa sehelai benangpun. Kemudian membaringkan tubuhnya yang telanjang itu dikarpet dan menarik tanganku untuk mendekat. Melihat tubuhnya dalam posisi ini membuat darah kelaki-lakianku menggelekak. Sejurus kemudian aku sudah menindih tubuhnya dan melakukan ‘tugas siangku’ sampai dia mengerang karena klimaks yang dirasakan.

Karena kemampuanku memberikan klimaks kepada Sheila di dalam setiap memenuhi hasrat seksualnya itulah, maka hampir setiap hari Sheila memintaku untuk datang ke ruangan kerjanya untuk ‘melaksanakan tugas’. Harus kuakui akupun mendapatkan pengalaman bercinta yang hebat, setelah mengenal Sheila.
Namaku Andi, aku mahasiswa di salah satu PTN top di Bandung. Sekarang umurku 20 tahun. Jujur saja, aku kenal seks baru sejak SMP. Aku senang sekali ada situs khusus buat bagi-bagi pengalaman seperti ini, sehingga apa yang pernah kita lakukan bisa dibagi-bagi.
Awal aku mengenal seks yaitu saat secara tidak sengaja aku buka-buka lemari di rumah teman SMP-ku dan menemukan setumpukan Video VHS tanpa gambar di dalam sebuah kotak. Karena penasaran film apa itu, kuambil satu dan langsung kucoba di video temanku di kamar itu yang kebetulan sepi, karena temanku sedang les.
Kusetel film yang berjudul.. apa ya? aku lupa, ternyata itu film dewasa (waktu itu aku belum banyak tahu). Aku cuma pernah dengar teman-temanku pernah nonton film begituan, tapi aku tidak begitu penasaran. Nah, saat itu aku baru tahu itu loh yang namanya BF. Kebetulan itu film seks tentang anak kecil yang masih mungil bercinta dengan bapaknya, oomnya, temannya dan lain-lain.
Dan aku ingin cerita nih pengalaman pertamaku. Kejadian ini terjadi ketika aku masih SMA, di rumahku ternyata ada pembantu baru. Orangnya masih lumayan kecil sekitar 12 tahun lah, tapi itu dia yang membuatku suka. Aku itu suka sama wanitae imut-imut yang masih agak kecil mungkin gara-gara video waktu itu (aku suka begitu melihat situs-situs tentang Lolita, soalnya cewek-cewek di situs-situs itu masih imut-imut). Dan yang paling membuatku terangsang adalah payudaranya yang masih baru tumbuh, masih agak runcing (tapi tidak rata).
Setiap hari itu dia kerjaannya, biasalah kerjaan pembantu rumah tangga, ya ngepel, ya mencuci dan lain-lain. Kalau aku sarapan, kadang suka melihat dia yang sedang ngepel and roknya agak terbuka sedikit, jadi tidak konsentrasi deh sarapannya karena berusaha melihat celana dalamnya, tapi sayang susah. Untuk awal-awal aku hanya bisa minta dibuatkan teh atau susu.
Lambat laun karena aku sudah ingin begitu melihat tubuhnya itu, kuintip saja dia kalau sedang mandi. Tapi sayang karena lubang yang tersedia kurang memadai, yang terlihat hanya pantatnya saja, soalnya terlihat dari belakang. Kadang-kadang terlihat depannya hanya tidak jelas, payah deh. Nah pada suatu hari aku nekat. Kupanggil dia untuk pijati aku, oh iya nama dia Ine.
“Ine.. pijitin saya dong, saya pegel banget nih abis maen bola tadi”, kataku.
“Iya Mas, sebentar lagi ya. Lagi masak air nih, tanggung”, jawabnya.
“Iya, tapi cepet ya. Saya tunggu di kamar saya.”
Cihuy, dalam hati aku bersorak. Nanti mau tidak dia ya aku ajak begituan. Lalu kubuka bajuku sambil menuggu dia. Lalu pintuku diketok,
“Permisi Mas”, ketoknya.
“Masuk aja Ne, nggak dikunci kok”, lalu dia masuk sambil bawa minyak buat mijit.
Mulailah dia memijatku. Mula-mula dia memijat punggungku dan sambil kuajak ngobrol.
“Kamu sekolah sampai kelas berapa Ne?” tanyaku.
“Cuma sampai kelas tiga aja Mas, soalnya nggak ada biaya”, jawab dia.
“Sekarang kamu umur berapa?” tanyaku lagi.
Dia menjawab, “Umur saya baru mau masuk 12 Mas.”
“Udah gede dong ya”, kataku sambil tersenyum.
Lalu aku membalikkan badan, “Pijitin bagian dadaku ya..” pintaku sambil menatap memohon. “Iya mas”, katanya. Dia memijati dadaku sambil agak menunduk, jadi baju yang dia pakai agak kelihatan longgar jadi aku bisa melihat bra yang dia kenakan yang menutupi dua buah payudara yang masih baru tumbuh. Wah, kemaluanku jadi tidak karuan lagi rasanya. Dan aku juga menikmati wajahnya yang masih polos itu. Begitu dia selesai memijati dadaku, aku langsung bilang, “Pijitan kamu enak”, terus aku nekat langsung meraba payudara dia yang imut itu, tapi ternyata dia kaget dan langsung menepis tanganku dan langsung lari dari kamarku. Aku kaget dan jadi takut kalau dia minta berhenti dan bicara dengsn ibuku. Gimana nich? aku langsung dihantui rasa bersalah. Ya sudah ah, besok aku minta maaf saja dengan dia dan berjanji tidak akan mengulangi lagi.
Benar saja, besok itu dia ternyata agak takut kalau lewat depanku. Aku langsung bicara saja dengan dia.
“Ne.. yang kemaren itu maaf ya.. Saya ternyata khilaf, jangan bilang sama Ibu ya.”
“Iya deh Mas, tapi janji nggak kayak gitu lagi khan, abis Ine kaget dan takut”, kata dia.
“Iya saya janji”, jawabku.
Sebulan setelah peristiwa itu memang aku tidak ada kepikiran untuk menggituin dia lagi. Dan dia juga sudah mulai biasa lagi. Tapi pada suatu hari pas aku sedang mencari celanaku di belakang, mungkin celanaku sedang dicuci. Soalnya itu celana ada duitku di dalamnya. Yah basah deh duitku. Eh, pas aku lewat kamar si Ine, kelihatan lewat jendela ternyata dia lagi tidur. Rok yang dia pakai tersibak sampai ke paha. Yah, timbul lagi deh ide setan untuk ngerjain dia. Tapi aku bingung bagaimana caranya. Akhirnya aku menemukan ide, besok saja aku masukkan obat tidur di minumannya. Dan aku menyusun rencana, bagaimana caranya untuk memberi dia obat tidur.
Besok pas sedang makan dan kebetulan rumah sedang sepi, aku minta dibuatkan teh. Setelah selesai dia buat dan diberikan ke aku. Kumasukkan saja obat tidur ke teh itu. Terus manggil dia,
“Ne.. kok tehnya rasanya aneh sih?”
“Masa sih Mas?” kata dia.
“Cobain saja sendiri”, dia langsung minum sedikit.
“Biasa saja kok Mas..” katanya.
“Coba lagi deh yang banyak”, kataku.
Dia minum setengah, terus aku bilang,
“Ya udah yang itu kamu abisin saja, tapi buatin yang baru.”
“Iya deh Mas, maaf ya Mas kalo tadi tehnya nggak enak”, jawabnya.
“Nggak apa-apa kok”, jawabku lagi.
Aku tinggal tunggu obat tidur itu bekerja. Ternyata begitu dia mau buat teh baru, eh dia sudah ambruk di dapur. Langsung saja kuangkat ke kamarku. Begitu sampai di kamarku, kutiduri di kasurku. Berhasil juga aku bisa membawa dia ke kamarku, pikirku dalam hati. Lalu aku mulai membukan bajunya, gile.. aku deg-degan, soalnya pertama kali nich! Kelihatan deh branya, dan di dalam bra itu ada benda imut berupa gundukan kecil yang bisa membuatku terangsang berat. Lalu kubuka roknya, kelitan CD-nya yang berwarna krem. Tubuhnya yang tinggal memakai bra dan CD membuat kemaluanku semakin tidak tahan. Tubuhnya lumayan putih. Dalam keadaan setengah telanjang itu, posisi dia kuubah menjadi posisi duduk, lalu kuciumi bibirnya, sambil meremas-remas payudaranya yang masih agak kecil itu. Dan tanganku yang satu lagi mengusap CD-nya di bagian bibir kemaluannya. Kumasukkan lidahku ke mulutnya dan aku juga berusaha menghisap dan menjilati lidahnya. Sekitar 10 menitan kulakukan hal itu. Setelah itu kubuka branya dan CD-nya. Wow, pertama kalinya aku melihat seorang gadis dengan keadaan telanjang secara langsung. Payudaranya terlihat begitu indah dengan puting yang kecoklatan baru akan tumbuh. Bagian kemaluannya belum ditumbuhi rambut-rambut dan terlihat begitu rapat.
Langsung kujilati dan kuhisapi payudaranya. Dan payudara yang satu lagi kuremas dan kuusap-usap serta kupilin-pilin putingnya. Putingnya tampak agak mengeras dan agak memerah. Setelah aku mainkan bagian payudaranya, kujilati dari dada turun ke arah perut dan terus ke arah bagian kemaluannya. Bagian itu kelihatan masih sangat polos, dan terlihat memang seperti punya anak kecil. Kubuka kedua pahanya dan belahan kemaluannya, begitu kudekati ingin menjilati. Tercium bau yang tidak kusuka, ah kupikir peduli amat, aku sudah nafsu sekali. Kutahan nafas saja. Kubuka belahan kemaluannya dan aku melihat apa yang di namakan klitoris, yang biasanya aku melihat di situs-situs X, akhirnya kulihat secara langsung. Lalu kujilati bagian klitorisnya itu. Tiba-tiba dia mengerang dan mendesah, “Sshh..” begitu. Aku kaget hampir kabur. Ternyata dia hanya mendesah saja dan tetap terus tidur. Ketika aku jilati itu, ternyata ada cairan yang meleleh keluar dari kemaluannya, kujilati saja. Rasanya asin plus kecut.
Nah sekarang aku dalam keadaan yang amat terangsang, tapi begitu kuperhatikan wajahnya dan ke seluruh tubuhnya aku jadi tidak tega untuk merebut keperawanannya. Aku kasihan tapi aku sudah dalam keadaan yang amat terangsang. Akhirnya kuputuskan untuk masturbasi saja. Soalnya aku tidak tega. Aku pakaikan dia baju lagi dan menidurkan di kamarnya. Yah, aku melepaskan pengalaman pertamaku untuk bercinta dengan seorang gadis mungil berumur 12 tahun! Tidak tahu deh aku menyesal atau tidak.
Setelah melepas kesempatan untuk bercinta dengan Ine. Aku jadi kepikiran terus. Setiap aku apa-ngapain, selalu ingat sama payudara mungilnya Ine dan daerah kemaluannya yang masih polos itu. Untungnya si Ine tidak pernah merasa pernah di apa-apain sama aku. Dia selalu bersikap biasa di depanku tapi akunya tidak biasa kala melihat dia. Soalnya pikiranku kotor melulu.
Pelampiasannya paling aku masturbasi sambil melihat gambar-gambar XX yang aku dapatkan dari situs-situs lolita. Tapi aku bosan juga dan hasrat ingin nge-gituin si Ine semakin besar saja. Sepertinya aku sudah tidak tahan.
Akhirnya pada suatu waktu, aku mendapat kabar yang amat sangat bagus, ternyata orangtuaku mau pindah ke luar negeri, karena bapakku ditugasi ke luar negeri selama 2 tahun. Jadi, aku tidak perlu takut dia mengadu sama ibuku, paling aku ancam sedikit dan aku kasih duit dia diam. Setelah kepergian orangtuaku ke luar negeri, aku langsung punya banyak planning untuk ngerjain dia. Yang pasti aku sudah malas membius-bius segala. Soalnya dia diam saja, tidak seru! Ya sudah aku merencanakan untuk memaksa dia saja (eh, kalau ini termasuk pemerkosaan tidak sih?).
Pada suatu hari, ketika Ine sedang mandi. Kuintip dia. Biasalah, cuma kelihatan belakangnya saja, tapi aku jadi bisa mengantisipasi kalau dia sudah selesai mandi langsung aku sergap saja. Untungnya setelah dia selesai mandi, keluar kamar mandi menuju kamarnya hanya memakai handuk saja tidak pakai apa-apa lagi. Begitu keluar kamar mandi langsung kututup mulutnya dan kupeluk dari belakang, dia-nya meronta-ronta. Cuma tenagaku sama tenaga anak umur 12 tahun menang mana sih. Kubawa masuk ke kamar dia saja. Soalnya kalau ke kamar aku jauh. Nanti kalau dia meronta-ronta malah lepas lagi. Pas masuk kamar dia kujatuhkan dia ke kasur sambil menarik handuknya. Dia kelihatan ketakutan sekali dengan tubuh tidak mengenakan apa-apa.
“Mas Andi, jangan Mas” mohonnya.
“Tidak apa-apa lagi Ne.. Paling sakitnya sedikit entar kamu pasti akan ngerasain enaknya”, kataku.
Dia kelihatan seperti mau teriak, langsung saja kututup mulutnya.
“Jangan coba-coba teriak ya!” hardikku.
Dia mulai menangis. Aku jadi sedikit kasihan, tapi setan sudah menguasai tubuhku.
“Cobain enaknya deh..” kataku.
Sambil tetap menutup mulutnya kuraba dan kuelus payudaranya itu.
“Santai aja, jangan nangis. Nikmati enaknya kalo payudara kamu di elus-elus”, kataku.
Setelah kulepas tanganku dari mulut dia, langsung kucium bibirnya. Ternyata dia lumayan menikmati ciuman sambil payudaranya tetap kuremas-remas. “Enak kan?” kataku. Dia diam saja. Terus kubuka CD-ku. Kukeluarkan batang kemaluanku. Dia kaget dan takut.
“Tolong pegangin anuku donk.. dipijitin ya..” pintaku.
Pertama-tama dia takut-takut untuk memegang anuku, tapi setelah lama dipegang sama dia, dia mulai memijiti. Wah, rasanya enak sekali anuku dipijiti sama dia. Setelah itu dia kusuruh tiduran,
“Mas mau ngapain?” tanyanya.
“Aku mau ngasih sesuatu hal yang paling enak, kamu nikmatin aja” jawabku.
Kubuka belahan pahanya, pertama dia tidak mau buka, tapi setelah kubujuk dia akhirnya membuka pahanya dan kujilati kemaluannya sampai ke klitorisnya. Dia mendesah-desah keenakan. “Tuh kan enak”, kataku. Kujilati sampai keluar cairannya.
Aku merasa pemanasan sudah cukup, begitu kusiapkan batang kemaluanku ke depan liang kemaluannya dia menangis lagi dan berbicara,
“Jangan Mas, saya masih perawan.”
“Saya juga tau kok kamu masih perawan”, jawabku.
Aku tetap bersikeras untuk menyetubuhinya. Pas aku mau mendorong kemaluanku masuk ke dalam liang kemaluannya, eh dia meronta dan mau lari. Dengan cepat kutangkap. Wah, susah nih pikirku. Kebetulan di kamar dia kulihat ada tali untuk jemuran, kuambil dan kuikat saja tangan dan kakinya ke tempat tidur.
“Aku tahu kamu masih perawan, abis gimana lagi aku udah amat terangsang”, kataku.
Dia memandangku dengan tatapan memohon dan sambil dengan keluar air mata.
“Atau kamu lebih suka lewat pantat, biar perawan tetap terjaga?” tanyaku.
“Iya deh Mas, lewat pantat aja ya.. tapi tidak apa-apa kan Mas? Nanti bisa rusak tidak pantat saya?” jawabnya.
“Tidak apa-apa kok”, jawabku.
Ya, sudah kulepaskan talinya. Aku tanya sama dia, dia punya lotion atau tidak, soalnya kalau lewat pantat harus ada pelicinnya. Terus dia bilang punya. Kuambil dan kuolesi ke pantatnya dan kuolesin juga ke kemaluanku.
Langsung saja aku ambil posisi dan si Ine posisinya menungging dan pantatnya terlihat jelas. Aku mulai masukkan ke pantatnya. Pertama agak susah, tapi karena sudah diolesi lotion jadi agak lancar.
“Sslleb.. ahh.. enak sekali”, jepitan pantatnya sangat kuat.
“Aduh.. Mas, sakit Mas..” rintihnya.
“Tahan sedikit ya Ne..” kataku.
Langsung saja kugenjot. “Gile banget, enaknya minta ampun..” Terus aku berfikir kalau lewat kemaluannya lebih enak apa tidak ya? masih perawan lagi. Ah, lewat kemaluannya saja dech, peduli amat dia mau apa tidak. Kulepaskan batang kemaluanku dari pantatnya. Aku membalikkan badannya terus kuciumi lagi bibirnya sambil meremas payudaranya.
“Udahan ya Mas, saya sudah cape..” pintanya.
“Bentar lagi kok”, jawabku.
Setelah itu langsung kutindih saja badannya.
“Lho Mas mau ngapain lagi?” tanyanya sambil panik tapi tak bisa ngapa-ngapain karena sudah kutindih.
“Tahan dikit ya Ne..” kataku.
Langsung kututup mulutnya pakai tanganku dan batang kemaluanku kuarahkan ke liang kemaluannya. Dia terus meronta-ronta. Ine menangis lagi sambil berusaha teriak tapi apa daya mulutnya sudah kututup. Akhirnya batang kemaluanku sudah sampai tepat di depan lubang kemaluannya.
Aku mau masukkan ke lubangnya susahnya minta ampun, karena masih rapat barangkali ya? Tapi akhirnya kepala kemaluanku bisa masuk dan begitu kudorong semua untuk masuk, mata Ine terlihat mendelik dan agak teriak tapi mulutnya masih kututup dan terasa olehku seperti menabrak sesuatu oleh kemaluanku di dalam liang kemaluannya. Selaput dara mungkin, kuteruskan ngegituin dia walaupun dia sudah kelihatan sangat kesakitan dan berurai air mata. Kucoba lepas tanganku dari mulutnya. Dia menangis sambil mendesah, aku makin terangsang mendengarnya. Kugenjot terus sambil kupilin-pilin putingnya. Pada akhirnya aku keluar juga. Kukeluarkan di dalam luabang kemaluannya. Pas kucabut kemaluanku ternyata ada darah yang mengalir dari liang kemaluannya. Wah, aku merenggut keperawanan seorang anak gadis.
“Ine.. sorry ya.. tapi enak kan. Besok-besok mau lagi kan..” tanyaku.
Dia masih sesenggukan, dia bilang kalo kemaluannya terasa sakit sekali. Aku bilang paling sakitnya cuma sehari setelah itu enak.
Besok-besok dia aku kasih obat anti hamil dan aku bisa berhubungan dengan dia dengan bebas. Ternyata setelah setahunan aku bisa bebas berhubungan dengan dia, dia minta pulang ke kampung katanya dia dijodohi sama orangtuanya. Kuberikan uang yang lumayan banyak. Soalnya dia tidak balik lagi.
“Inget ya Ne.. kalo kamu lagi pingin begituan dateng aja ke sini lagi ya..”
Begitulah kisahku dan aku tetap suka sama cewek yang imut-imut. Kenapa ya? apa aku fedofil? Tapi sepertinya tidak deh, Soalnya yang kusuka itu harus punya payudara walaupun kecil. Jadi sepertinya aku bukan pedofil, Ok.

Perkosaan pegawai jalan Sudirman

Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 11.30 malam, Irma, seorang karyawati yang terlahir 23 tahun yang lalu dan saat ini bekerja di perusahaan perkebunan terkemuka di kawasan Sudirman, sedang melangkah agak tergesa2 menuju kost2annya di kawasan Bendungan Hilir. Irma agak letih setelah seharian bekerja plus lembur sampai malam tiba untuk memenuhi laporan penjualan CPO pada bulan itu. Karena letih, yang ia pikirkan hanya bagaimana cepat2 sampai kost2nya, kemudian tidur melepas penatnya setelah seharian bekerja. Sehingga tanpa ia sadari, 6 pasang mata sedang melihatnya dari kejauhan. 6 pasang mata yang terlihat merah karena bir pletok yang mereka beli hasil mengamen itu melihatnya dari atas ke bawah, lalu ke atas lagi, lalu ke bawah lagi, sambil menahan air liur membayangkan kemolekan tubuh Irma yang pada saat itu mengenakan rok selutut dan kemeja warna putih, yang menerawangkan bra hitamnya. Tiba2 salah seorang dari mereka berkata “eh, ada cewek lewat tuh”. “oke juga tuh tete” timpal yang lain. “kita isep yuk ha3x” mereka tertawa bersama2. Setelah kurang lebih jarak antara mereka dengan Irma 100 meter, tiba2 salah satu dari mereka mengikuti langkah Irma, kemudian mereka membekap mulut Irma, dan menyeretnya ke arah bedeng proyek yang ada di dekat mereka. Bedeng tersebut kosong, karena ditinggal pekerja proyeknya selama beberapa hari.
Mereka berenam kemudian menyekap Irma yang meronta-ronta di dalam bedeng tersebut, sambil tertawa2 dengan mulut yang bau alkohol menyengat. Salah seorang dari mereka memegangi tangan kanan Irma, yang lainnya memegangi tangan kiri dan menyekap mulut Irma dengan tangannya yang kekar. Irma meronta2 takut apa yang terjadi selanjutnya. Kemudian salah seorang dari mereka berdiri tepat dihadapan Irma, sambil memandang Irma yang ketakutan dengan senyum kemenangan.
“Akhirnya malem ini gw bisa ngerasain badan lo”, katanya sambil mengelus leher Irma yang mulai sesenggukan menahan tangis. Tangannya mengelus leher Irma yang putih mulus dengan beberapa tahi lalat yang ada disana, sambil kemudian tangannya bergerak menuju payudara kanan milik Irma. “ah..”, teriak Irma tertahan ketika tangan tersebut meremas dengan kencang payudara tersebut.
“Gile man, kenceng juga nih tete” kata pria tersebut diiringi sahutan tawa yang lainnya. Tak lama, pria tersebut sudah asik meremas2 kedua payudara Irma yang memang berukuran besar apabila dibandingkan dengan tubuhnya. Irma orangnya tidak terlalu tinggi. Dia orangnya sedang saja, berbody tidak gemuk, namun memiliki payudara yang indah dengan perut yang rata. Kakinya pun putih mulus, sehingga membuat orang2 di dalam bedeng itu menahan nafas ketika menyaksikan Irma merintih2 karena payudaranya diremas2 oleh temannya.
Kemudian salah seorang diantara mereka lagi ikut mendekat, sehingga keenamnya berada sangat dekat dengan Irma. Irma semakin ketakutan. Tetapi dia terus berusaha berfikir positif bahwa tidak akan terjadi apa2 dengan dirinya. Tiba2, masih dengan tangan yang terus dipegangi oleh 2 orang, dan mulut disumpal dengan tangan, dia merasakan tangan2 nakal mulai menjelajahi betis dan pahanya. Dia berusaha untuk berontak dengan menendang2kan kakinya. Namun usahanya sia2. Terdengar suara tawa puas dari orang2 yang ada di bawah Irma, yang saat ini sedang mengelus2 paha dan betis yang putih mulus milik Irma. Rok Irma tersingkap ke atas, sementara pahanya sedang dielus2 oleh 2 orang. Sedangkan di bagian atas, payudara Irma sedang diremas2 oleh 2 orang. hal ini membuat Irma semakin sesenggukan menahan perasaan yang bercampur baur.
“Udah man telanjangin aja”, kata salah seorang diantara mereka, diiringi anggukan yang lainnya. Irma semakin ketakutan. Dia membayangkan akan digilir oleh 6 orang tidak beradab ini. Sedangkan selama ini dia hanya berhubungan badan dengan pacarnya. Maklum saja, jarak yang memisahkan antara dia dan pacarnya ini, membuat pertemuan mereka yang jarang itu menjadi sesuatu yang berharga untuk dihabiskan begitu saja. Maka terjadilah gaya pacaran yang semakin lazim di jaman sekarang ini. Irma semakin meronta2 ketika mereka membuka kancing atas kemejanya, dan orang2 di bawah berusaha menelanjangi rok dan celana dalam Irma. Pria2 yang di bagian atas melucuti kancing kemeja Irma satu persatu. Setelah itu menarik kemejanya ke belakang, sehingga menampakkan payudara Irma yang dibungkus bra warna hitam yang semakin terlihat menantang. Kemudian kemeja itu pun terlepas dan terjatuh di lantai. Irma saat ini hanya menggunakan bra dan rok saja. Kemudian pria2 yang ada di bagian bawah pun gak lama sudah melepas habis rok Irma sehingga terjatuh pula ke lantai. Irma hanya menggunakan bra dan celana dalam yang senada berwarna hitam. Pria2 tersebut pun tertawa puas sambil melecehkan seluruh tubuh Irma. Irma semakin menangis menjadi2. Kemudian tidak lama, bra dan celana dalam Irma pun terlepas oleh mereka.
Irma pun telanjang bulat dikelilingi oleh 6 pria yang tidak dikenalnya. hal ini membuat Irma semakin ketakutan dan menangis.
“Jangan nangis, nanti juga keenakan, hahahaha”, kata salah seorang dari mereka mengejek. Irma berdiri pasrah dipegangi oleh 2 orang dan dibekap mulutnya. Pria2 tersebut sedang melumat habis tubuh Irma yang terlihat molek tersebut. Payudaranya putih dengan beberapa hiasan tahi lalat, dan puting yang tidak terlalu besar berwarna coklat. Kemudian bentuk pinggul yang tidak terlalu besar serta kemaluan yang bulu2nya tercukur halus dan lembut. Paha sampai betis berwarna putih bersih. Membuat semua pria yang melihatnya, walau pun memakai rok, tidak berkedip. Di kantornya pun, Irma dikenal sebagai idola. Banyak pria yang mendekatinya, namun ia tidak menanggapinya. Kalau pun menanggapi, itu pun hanya sekedar untuk main2 saja sambil memenuhi hasratnya karena cowonya berada jauh disana. hal itu dia lakukan karena ia lebih memilih cowoknya yang bekerja di luar kota. Ia lebih memilih cowoknya karena ia telah terlanjur menyerahkan segalanya kepada laki2 tersebut.
Kemudian 2 orang diantara mereka menyiapkan ranjang darurat dari kardus yang biasa dibuat tidur oleh kuli2 proyek pemilik sah bedeng tersebut. Irma pun diseret ke ranjang tersebut, dan tetap dipegangi oleh 4 orang dari mereka. Masing2 memegangi 2 tangan dan 2 kaki dari Irma, sekaligus membekap mulut Irma supaya tidak berisik. Sesekali Irma meronta2 minta dilepaskan. Tetapi siapa yang mau melepaskan tubuh mulus begitu saja? Kemudian salah seorang dari mereka, mendekati Irma dari sela2 paha Irma, kemudian meremas2 payudaranya dengan tangan kanan, sambil tangan kiri mengelus2 kemaluan Irma. Irma berusaha mengelak. Tetapi tangan kiri pria tersebut tetap mengelus2 sambil sesekali telunjuknya masuk ke kemaluan Irma. Keadaan ini membuat Irma semakin terdesak. Irma semakin menjadi2 mengeluarkan tangisnya. Irma begitu takut akan disetubuhi oleh pria2 ini. Walau pun ia sudah tidak perawan, tetapi ia hanya ingin berhubungan badan dengan pacarnya saja. Tidak dengan berandalan semacam orang2 ini. Kemudian pria tersebut tampaknya sudah tidak sabar lagi ingin mencicipi tubuh karyawati ini.
Ia segera membuka baju dan celananya. Tampaklah penisnya yang besar, yang membuat Irma seperti berhenti bernafas. Irma sangat takut melihatnya. Milik cowoknya tidak sebesar itu. Irma pun memejamkan mata dengan ketakutan. Tak lama, pria tersebut sudah meletakkan penisnya di pintu masuk kemaluan Irma. Irma semakin ketakutan. Tak lama, pria tersebut mendorongkan pantatnya dengan kasar sehingga penisnya bergerak menusuk kemaluan Irma. “Ah….” Irma pun menjerit tertahan. Pria tersebut malah keenakan. Ia merasa seperti dipijit2 oleh kemaluan Irma.
“Wah, kayanya udah ga perawan nih doi. Tapi tetep peret kok hahaha”, kata pria tersebut.
Tak lama, seluruh bagian penis pria tersebut masuk ke dalam vagina Irma dengan sukses. Kemudian, pria tersebut menggenjot Irma yang semakin kesakitan. Kepala Irma menggeleng ke kanan dan ke kiri menahan sakit. Tubuhnya pun mengejang. Tapi hal itu malah membuat payudaranya terlihat semakin menarik. Tangan2 jahil pun meremas2 payudara tersebut. Sementara yang satu memperkosa Irma, yang lain memegangi tangan dan kaki Irma, serta membekap mulut Irma. Pria yang sekarang sedang berada di atas Irma semakin memperlaju genjotannya. Irma-pun terlihat memejamkan matanya sambil terus menangis. Sementara pria2 yang lainnya meremas2 payudara Irma dan meraba2 bagian tubuh lainnya. Irma pun membayangkan dosa2 yang pernah ia lakukan. Dosa kepada pacarnya karena sering berbohong, dan dosa kepada orang2 yang dia permainkan perasaannya selama ini. Ia menyesal sekali telah melakukan itu semua. Mungkin ini balasannya. Pria yang sedang berada di atasnya tampaknya sudah mulai ingin orgasme. Pria tersebut mempercepat genjotannya, dengan tangannya bertumpu pada payudara Irma sambil meremas2nya.
Tak lama kemudian, pria tersebut mengejan dengan menyemprotkan spermanya yg banyak ke dalam vagina Irma. Irma ketakutan. Ia takut hamil. Kemudian ia pun menangis sejadi-jadinya. Tapi hal itu tidak berlangsung lama. Pria yang lain maju mendekatinya.
“Tunggingin dong man”, katanya pada teman2nya yang sedang memegangi Irma.
Mereka pun membalik tubuh Irma menjadi tengkurap, lalu memaksa Irma untuk menungging sambil tetap memegangi mereka. Posisi ini membuat payudara Irma menjadi terlihat lebih besar dan menantang. hal ini membuat mereka meremas2 kembali payudara Irma. Payudara Irma terlihat memerah karena remasan2 tersebut. Pacar Irma juga paling senang melakukan adegan remasan2 ini. akan tetapi malam ini Irma harus rela diremas2 oleh orang2 yang ia sama sekali tidak kenal. Dalam posisi menungging, orang kedua yang akan memperkosa Irma mendekati Irma dari belakang, kemudian membuka celananya, dan menyelipkan penisnya ke vagina Irma lewat belakang. Irma kembali meronta2 kecil, namun tak lama ia melenguh panjang ketika orang tersebut memasukkan penisnya dan memompanya. Kekuatan pompanya makin lama makin kuat. Ia memperkosa Irma sambil meremas2 payudara dan putingnya. yang lain ada yang mencium2i pipinya, dan termasuk mencium2i bibirnya. Irma sangat tidak berdaya malam itu. Dalam posisi menungging itu ia menangis dan berharap semuanya cepat selesai dan mereka membebaskannya. Namun untuk orang2 itu, tidaklah segampang itu. Jarang2 mereka dapat mangsa seperti ini. Tak lama kemudian, orang yang memperkosa Irma pun mengalami ejakulasi. Dan seluruh spermanya dia masukkan ke vagina Irma. Irma kembali sesenggukan. Sudah 2 orang menggilirnya. Tinggal 4 lagi. Pikirnya seperti itu. Irma sudah pasrah diperlakukan apa saja oleh mereka. Terbukti ketika mereka menelentanginya kembali, Irma hanya bisa pasrah. Ia rasakan kemaluannya sakit sekali. Dan Irma merasakan keluar darah dari kemaluannya. Walau pun ia sudah tidak perawan, hal ini mungkin disebabkan oleh gesekan2 yang terjadi sebelumnya antar penis pria2 tersebut dan kemaluannya.
kemudian salah seorang dari mereka, kembali maju untuk memperkosa Irma. Kali ini Irma dipaksa untuk menghisap kemaluan si pria tersebut. Irma berontak. Ia hanya mau beroral sex dengan pacarnya. Kali ini dia lakukan untuk orang lain. Irma mati2an menolak. Akan tetapi, apalah daya dari seorang wanita. Irma pun pasrah menghisap kemaluan orang tersebut. Irma hampir tersedak. Penis pria tersebut terlalu besar untuk mulut mungilnya.
Irma semakin menangis. Kepalanya maju mundur menghisap kemaluan pria tersebut. Sampai tak lama kemudian, pria tersebut meringis dan mengejan. Irma berusaha menarik kepalanya dari kemaluan pria tersebut. Tetapi teman2 pria tersebut menahan kepalanya, sehingga seluruh spermanya pun tumpah di kerongkongan Irma. Irma terbatuk2 tersedak. Sementara pria2 tersebut tertawa puas. Kemudian Irma pun digilir oleh yang lainnya sampai pagi. Selain digilir, Irma pun mengalami pelecehan seksual yang tidak akan pernah dilupakannya. Irma dipangku oleh orang2 tersebut sambil diremas2 payudaranya secara bergiliran. Kemudian ia disetubuhi sambil berdiri. Dan setiap2 orang disitu mendapat jatah lebih dari 2 kali. Irma mengalami perlakuan yang sangat rendah oleh mereka. Mereka mencumbu Irma semaunya. Meremas2, menghisap2 putingnya, menggigit2, dan perlakuan2 lain yang diterima Irma sepanjang malam itu sampai pagi. Irma pun lemas kecapekan. Sampai paginya Irma tersadar setelah pingsan di dalam bedeng proyek tersebut. Irma merasa badannya sakit2 semua, terutama bagian selangkangannya yang mengeluarkan darah. Walau pun itu bukan darah perawan, tapi ia merasa sakit yang teramat sangat di selangkangannya. Tubuhnya pun penuh cupang dimana2. Payudaranya pun demikian. Banyak terdapat bekas cupang dan bekas cakaran. Irmapun memakai kembali bra, celana dalam dan pakaiannya yang sudah lecek, kemudian berjalan tertatih2 menuju kost2annya.
Demikian peristiwa yang terjadi dengan Irma. Dia tidak bisa melupakan hari itu. Tapi ia tidak akan menceritakannya kepada siapa2, termasuk cowoknya. Biar lah hal itu menjadi rahasia pribadinya. Dan ia pun tidak akan melewati jalan tersebut kembali.

Wulan si Gadis Desa

Cerita ini adalah dramatisasi dari kisah nyata, dan merupakan satu dari beberapa cerita lepas dengan tokoh utama yang sama. Antara satu dan lainnya tidak harus dibaca berurutan.
Sebut saja namaku Paul. Aku bekerja di sebuah instansi pemerintahan di kota S, selain juga memiliki sebuah usaha wiraswasta. Cerita berikut ini bukan pengalamanku sendiri, melainkan pengalaman seorang rekanku, sebut saja dia Ta. Kami memang punya “hobi” yang sama, namun Ta punya trik tersendiri untuk menyalurkan hobinya. Kini selain terdaftar di kota asalnya, ia juga resmi penduduk sebuah desa yang agak terpencil. Berikut adalah caranya mendapatkan kembang desa, meski sudah beristri tiga orang.
Wulan terbangun dengan kepala yang pusing. Namun entah mengapa kedua tangannya tidak dapat digerakkan. Seluruh tubuhnya terasa hangat. Sambil mengerjapkan matanya, gadis itu memandang sekelilingnya. Ternyata ia berada dalam sebuah kamar yang belum pernah dilihatnya, terbaring di atas ranjang empuk dan besar yang berwarna merah jambu. Dari jendela yang tertutup terbayang hari sudah gelap. Dalam kamar itu sendiri hanya ada sebuah lampu kecil yang menyala remang-remang. Wulan hanya ingat Sabtu sore tadi setelah bertanding bola volley melawan sekolah dari kecamatan tetangga, ia harus berlari-lari dalam gerimis hujan menuju rumah neneknya untuk menginap malam ini, karena rumahnya terlalu jauh dari lapangan volley.
Seperti umumnya gadis desa lainnya, meskipun tidak terlalu tinggi, namun Wulan memiliki tubuh yang montok dan padat. Buah dadanya yang membusung kencang seolah tidak muat dalam bra bekas kakaknya yang kekecilan. Ditunjang dengan kulitnya yang kuning langsat mulus dan rambut sebahu, wajahnya yang manis sering membuat pemuda desa terpaku dan menelan ludah saat gadis itu lewat dengan goyangan pinggulnya. Pantatnya yang montok selalu menonjol di balik rok seragam sekolahnya, yang biarpun di bawah lutut, ketatnya memperlihatkan garis celana dalam gadis itu.
Bukan hanya para pemuda, beberapa orang yang telah beristri pun berangan-angan menjadikan gadis kelas 1 SMU itu istri mudanya. Menurut katuranggan, gadis macam Wulan rasanya peret dan legit, pasti akan memberikan kenikmatan sepanjang malam, membuat suaminya betah di rumah. Tidak heran, tiap kali ada pertandingan volley, selalu banyak penontonnya, meski kebanyakan hanya menonton paha Wulan yang bercelana pendek dan guncangan buah dadanya saat gadis itu memukul bola.
“Ah, sudah bangun Nduk..?” sebuah suara dan lampu yang menyala terang mengagetkan gadis itu.
Tampak seorang pria kekar memasuki ruangan. Wulan mengenalinya sebagai Ta, seorang terpandang di desanya. Meski bukan penduduk desa itu, namun suka kawin-cerai dengan gadis-gadis di sini. Dalam sebulan paling ia hanya di rumah satu-dua hari saja, selebihnya “kerja di kota”. Sekarang ini istrinya di sini sudah ada tiga orang, semuanya masih belasan tahun dan cantik-cantik, namun masih suka menggoda Wulan tiap kali bertemu. Bahkan baru saja ia pernah berusaha melamar gadis itu namun tidak berhasil.
Wulan berusaha bangun, namun tangan dan kakinya tetap lemas tidak dapat bergerak.
“Tenang saja Nduk, nggak usah banyak gerak. Malam ini kamu di sini dulu.” kata Ta.
Tidak sengaja Wulan melihat ke dinding kamar, dan dari cermin besar yang terpasang di sana, ia menyadari kedua tangannya terikat menjadi satu di atas kepalanya, demikian juga kedua kakinya yang terentang ke sudut-sudut ranjang, seperti huruf Y terbalik. Seluruh tubuhnya tertutup selimut, namun ujung selimut yang tersingkap memperlihatkan sebagian paha gadis itu. Di sudut ranjang tampak terserak baju seragam dan rok yang tadi dipakainya.
“Pak Ta, Wulan dimana? Kenapa Wulan begini?” tanya gadis itu dengan panik.
Ia mulai teringat saat berlari ke rumah neneknya tadi seseorang menariknya dari belakang dan menempelkan sesuatu yang berbau menyengat ke wajahnya, kemudian semuanya menjadi gelap, hingga akhirnya ia kemudian tersadar di situ.
“Tenang Wulan, kamu baik-baik saja. Malam ini kita akan kawin. Minggu lalu saya sudah melamarmu pada bapakmu. Sekarang kita akan nikmati malam pertama kita.” kata Ta sambil menyeringai.
“Enggak! Enggak! Kemarin Bapak bilang ditolak! Wulan nggak mau!” gadis itu berusaha meronta, namun ikatan tangan dan kakinya terlalu kuat baginya.
Sambil tertawa terkekeh, Ta perlahan menarik selimut yang menutupi tubuh gadis itu, membuat Wulan terpekik karena penutup tubuhnya perlahan terbuka, sedangkan ternyata di balik selimut itu ia sudah telanjang bulat.
“Jangan! Jangan! Aduh jangan! Pak Ta, jangan Pak! Tolong..!”
Dengan sigap Ta mengambil pakaian dalam Wulan yang terserak di atas ranjang, lalu menyumpal mulut gadis itu dengan celana dalamnya sendiri, dan mengikatnya ke belakang dengan bra gadis itu.
“Pak? Kamu panggil aku Pak? Aku ini suamimu, tahu! Panggil aku Kangmas!” seru Ta sambil menampar pipi Wulan sampai gadis itu memekik kesakitan.
Ta semakin beringas melihat tubuh Wulan yang montok telanjang bulat. Kedua paha gadis manis itu terentang lebar mempertontonkan bibir kemaluannya yang jarang-jarang rambutnya.
“Diam Sayang! Ini malam kita bedah kelambu! Kalau bapakmu yang tolol itu tidak mau anaknya dilamar baik-baik, kita lihat saja besok! Karena besok anak perawannya sudah tidak perawan lagi!”
Tanpa basa basi Ta segera membuka pakaiannya sendiri, lalu melompat ke atas ranjang. Wulan dengan sia-sia meronta dan menjerit saat Ta menindih tubuhnya yang telanjang bulat tanpa sehelai benang pun. Gadis itu bahkan tidak bisa untuk sekedar merapatkan pahanya yang terkangkang lebar.
Pekikan Wulan tertahan sumpalan celana dalam saat Ta meremas buah dada gadis itu dengan kerasnya. Rontaan dan pekikan gadis cantik itu sama sekali tidak digubris. Ta kemudian menempatkan kejantanannya tepat di depan bibir kemaluan Wulan.
“Diam Sayang! Jangan takut, enak sekali kok! Nanti pasti kamu ketagihan. Sekarang biar Kangmas ambil perawanmu..” sambil berkata begitu Ta menghujamkan kejantanannya memasuki hangatnya keperawanan Wulan.
Selaput dara gadis itu terasa sedikit menghalangi, namun bukan tandingan bagi keperkasaan kejantanan Ta yang terus menerobos masuk.
“Haanggkk..! Aahhkk..!” Napas gadis itu terputus-putus dan matanya yang bulat indah terbeliak lebar saat Wulan merasakan perih tiba-tiba menyengat selangkangannya.
Tubuh montok gadis itu tergeliat-geliat merangsang dengan napas tersengal-sengal sambil terpekik tertahan-tahan ketika Ta dengan perkasa menggenjotkan kejantanannya menikmati hangatnya kemaluan perawan Wulan yang terasa begitu peret.
“Aahh.. enak sekali tempikmu.. aahh.. Wulaanh.. enak kan Nduk..? Terus ya Nduk..?” Ta mendesah merasakan nikmatnya mengambil kegadisan si kembang desa.
Wulan sambil merintih tidak jelas menggelengkan kepala dan meronta berusaha menolak, namun semua usahanya sia-sia, dan gadis itu kembali terpekik dan tersentak karena Ta kini dengan kuat meremasi kedua payudaranya yang kencang menantang. Memang benar kata orang, gadis seperti Wulan memang sangat memuaskan, wajahnya yang cantik, buah dadanya yang tegak menantang bergerak naik turun seirama napasnya yang tersengal-sengal, tubuhnya yang montok telanjang bersimbah keringat, kedua pahanya yang mulus bagai pualam tersentak terkangkang-kangkang, bibir kemaluannya tampak megap-megap dijejali kejantanan Ta yang begitu besar. Sementara dinding kemaluannya terasa seperti mencucup-cucup tiap kali gadis itu terpekik tertahan.
Wulan dengan airmata berlinang merintih memohon ampun, namun tusukan demi tusukan terus menghajar selangkangannya yang semakin perih. Payudaranya yang biasanya tersenggol pun terasa sakit kini diremas-remas tanpa ampun. Belum lagi rasa malu diikat dan ditelanjangi di depan orang yang tidak dikenalnya, lalu diperkosa tanpa dapat berkutik. Rasanya bagai bertahun-tahun Wulan disetubuhi tanpa mampu melawan sedikitpun.
“Hhh..! Wulanh..! Wulaann..! Sekarang Mas bikin kamu hamil, sayangghh..! Aah.. ambil Nduk! Nih! Nih! Niih..!”
Tanpa dapat ditahan lagi Ta menyemburkan spermanya dalam hangatnya kemaluan Wulan sambil sekuat tenaga meremas kedua payudara gadis itu, membuat Wulan tergeliat-geliat dan terpekik-pekik tertahan sumpalan celana dalam di mulutnya. Kepala gadis itu terasa berputar menyadari ia akan hamil. Perlahan pandangan gadis itu menjadi gelap.
Wulan kembali tersadar oleh dengusan napas di depan wajahnya. Sebelum sadar sepenuhnya, sengatan perih di selangkangannya membuat gadis itu terpekik dan meronta. Namun tangan dan kakinya tidak mau bergerak, dan pekikan-pekikannya tidak dapat keluar. Dengan gemas Ta kembali menggenjotkan kejantanannya menikmati keperawanan Wulan. Ta tidak tahan lagi untuk tidak kembali menggagahi gadis itu, memandanginya tergolek telanjang bugil tanpa daya di atas ranjang. Pahanya yang putih mulus terkangkang seolah mengundang, bibir kemaluannya yang berambut jarang terlihat berbercak merah, tanda Wulan memang betul-betul masih perawan, tadinya.
Kedua payudara gadis itu berdiri tegak menjulang, dengan puting susu yang kemerahan menggemaskan. Sementara wajahnya yang manis dan bau tubuhnya yang harum alami sungguh membuat Ta lupa diri. Dengan istri muda seperti Wulan, ia tidak akan mau tidur sekejap pun, tidak perduli gadis itu suka atau tidak.
“Aah..! Ahk! Angkung (ampun)..! Aguh (aduh).. hakik (sakit).. angkung (ampun)..!” Wulan merintih-rintih tidak jelas dengan mulut tersumpal celana dalam di sela-sela jeritan tertahan.
Tanpa mampu merapatkan pahanya yang terkangkang, gadis itu merasakan kemaluannya semakin perih tiap kali Ta menggerakkan kejantanannya. Tiap detik, tiap genjotan terasa begitu menyakitkan, Wulan berharap kembali pingsan saja agar perkosaan ini segera berlalu. Namun gadis itu tanpa daya merasakan bagian bawah tubuhnya terus ditusuk-tusuk benda yang begitu besar.
Ta semakin giat menggenjotkan kejantanannya dalam hangatnya kemaluan Wulan yang peret dan mencucup-cucup menggiurkan. Istri barunya ini memang pintar memuaskan suami di atas ranjang. Apalagi kalau nanti diajak tidur beramai-ramai bersama satu atau dua istrinya yang lain. Membayangkan meniduri dua atau tiga gadis sekaligus membuat Ta semakin bersemangat menyodok kemaluan Wulan, semakin cepat, semakin dalam.
Ta merasakan kejantanannya menyentuh dasar kemaluan gadis itu bila disodokkan dalam-dalam. Wulan sendiri hanya merintih tampak pasrah mempersembahkan kesuciannya pada Ta. Airmata gadis itu tampak berlinang membasahi pipinya yang kemerahan. Tubuh montok gadis itu tergelinjang-gelinjang kesakitan tiap kali kejantanan Ta menyodok masuk dalam kemaluannya yang begitu sempit. Dengan menggeram seperti macan menerkam mangsa, Ta dengan nikmat menyemburkan sperma dalam kehangatan tubuh Wulan yang terpekik tertahan-tahan.
Semalam suntuk Ta dengan gagahnya memperkosa Wulan, setidaknya lima kali gadis itu disetubuhi tanpa daya. Entah berapa kali Wulan pingsan ketika Ta mencapai puncak, hanya untuk tersadar ketika tubuhnya kembali dinikmati dengan buasnya. Selangkangan gadis itu terasa perih dan panas, seperti ditusuk-tusuk besi yang merah membara. Payudaranya serasa lecet diremas habis-habisan, terkena semilir angin pun perih. Punggung gadis itu perih tergores kuku Ta.
Namun siksaan tanpa belas kasihan itu tidak kunjung usai, bagai tidak mengenal lelah kejantanan Ta terus bertubi-tubi menusuk dalam-dalam, kedua tangannya seperti capit kepiting terus mencengkeram buah dada Wulan. Sementara gadis itu dengan tangan dan kaki terikat erat tidak mampu berkutik, apalagi menghindar atau mencegah. Bahkan menjerit pun Wulan tidak mampu, tenaganya sudah habis dan sumpalan celana dalamnya sendiri membuat pekikannya hanya seperti erangan. Bagai berabad-abad Wulan dibuat bulan-bulanan tanpa daya.
Dari sela-sela jendela yang tertutup, sinar matahari pagi menerobos masuk. Dengan lemas Ta berbaring di sisi Wulan yang terisak-isak. Sungguh luar biasa istri barunya ini, semalam suntuk gadis ini mampu melayani suaminya. Dari jam tujuh malam sampai jam enam pagi, dalam sebelas jam gadis itu mampu lima-enam kali memuaskan suaminya, meskipun harus sedikit dipaksa. Kalau saja kemarin tidak minum obat kuat, mungkin saja pagi ini Ta tidak dapat bangun. Sambil tersenyum lebar, Ta bangkit dan mengenakan pakaian.
Perlahan Ta membuka sumpalan mulut Wulan. Gadis itu sendiri masih telanjang bulat dengan tangan dan kaki terikat terentang lebar.
“Nduk, kalau jadi istriku, kamu minta apa saja pasti aku beri. Mau kalung? Gelang? Rumah? Sepeda motor? Jangan takut, sebagai istri orang kaya, semua keinginanmu akan terkabul.”
“Nggak mau.. lepasin Wulan.. Wulan mau pulang..!” isak gadis itu menghiba.
“Rumah kita sekarang di sini Nduk, kamu sudah jadi istriku.” bujuk Ta.
“Enggak.. enggak mau. Wulan mau pulang!” gadis itu berusaha meronta tanpa hasil.
“Jangan buat suamimu ini marah, Nduk! Kamu sudah jadi istriku, aku bebas berbuat apa saja dengan kamu! Jangan keras kepala!” seru Ta jengkel.
Wulan sambil terisak terus menggelengkan kepala. Berulangkali bujukan dan ancaman Ta tidak dihiraukan Wulan, membuat Ta naik pitam.
“Baik, jadi kamu tidak ingin jadi istriku. Baik, kamu sendiri yang minta, Nduk! Jangan salahkan aku kalau aku bertindak tegas!” kata Ta sambil membuka ikatan kaki Wulan.
Ta kemudian membuka ikatan tangan gadis itu dari besi ranjang, namun kedua pergelangan tangannya tetap terikat erat. Lalu dengan menarik ujung tali yang mengikat tangan Wulan, Ta menyeret gadis yang masih telanjang bulat itu keluar kamar. Karena tubuhnya masih lemas, Wulan tidak kuasa menolak dirinya yang masih bugil diseret sampai ke jalan desa yang terang benderang.
“Hei, lihat! Lihat ini! Sungguh memalukan!” seru Ta sambil menyeret gadis yang mati-matian berusaha menutupi ketelanjangannya.
“Ada apa Pak Ta? Apa yang terjadi?” tanya orang-orang desa yang segera saja mengerumuni keduanya.
“Lihat ini! Perempuan ini sudah membuat desa kita tercemar! Dia berzinah dengan laki-laki! Saya pergoki mereka di rumah kosong di tepi desa! Sayang laki-lakinya kabur, tapi saya tahu orangnya! Pasti nanti akan kita tangkap!” seru Ta berapi-api.
“Tidak! Tidak.. tolong..!” sia-sia Wulan berusaha membantah, suaranya tertelan ramainya suasana.
“Lihat! Ini bukti perempuan ini sudah berzinah!” Ta menunjuk ke arah selangkangan gadis itu yang berbercak darah.
Kerumunan orang bergumam dan mengangguk-anggukkan kepala.
“Tidak! Saya tidak ber..” perkataan Wulan terputus oleh teriakan salah seorang.
“Bawa ke balai desa! Biar dihukum adat di sana!” serunya.
Seseorang lain menarik tali yang mengikat tangan Wulan dan menyeret gadis telanjang bulat itu menuju ke balai desa. Sepanjang jalan mereka berteriak-teriak, membuat semakin banyak orang keluar rumah melihat Wulan yang bugil diseret. Anak-anak kecil berlari-lari mengikuti sambil tertawa-tawa mengejek.
Di balai desa, tepat di tengah pendopo, tali pengikat tangan Wulan ditarik ke atas dan diikatkan dengan tiang di atasnya. Kini gadis telanjang bulat itu berdiri tegak dengan tangan terikat ke atas. Wulan tahu bahwa hukuman bagi orang yang berzinah biasanya keduanya ditelanjangi, kemudian diikat seharian di balai desa. Seperti dirinya sekarang, namun ia hanya sendirian dan ia sama sekali tidak berzinah. Gadis itu diperkosa berkali-kali, lalu difitnah berzinah oleh pemerkosanya sendiri. Namun sia-sia gadis itu berusaha membantah, suaranya yang kecil hilang ditelan ramainya orang di sekitarnya. Dan kini ia berdiri telanjang bulat sendirian dikelilingi belasan warga.
Isakan tangis Wulan semakin keras mendengar tawa orang-orang yang mengelilinginya, berkomentar mencemooh tentang kemulusan tubuhnya, buah dadanya yang ranum kemerah-merahan bekas diremas, pantatnya yang bulat, pahanya yang mulus. Isakan gadis itu terhenti ketika sebuah truk berhenti di depan balai desa. Beberapa ibu-ibu yang turun dari truk terheran-heran melihat ke arah Wulan. Beberapa orang kemudian menurunkan barang-barang dari truk. Wulan tersadar, hari ini hari pasar, dan ratusan orang akan berkumpul hanya beberapa meter darinya. Ratusan orang akan melihat dirinya telanjang bulat tanpa tertutup sehelai benang pun.
Kepala gadis itu terasa berputar, saat Ta berbisik di telinganya, “Rasakan akibatnya kalau kamu tidak mau jadi istriku! Sekarang semua orang tahu kamu sudah tidak perawan, dan semua orang juga sudah pernah melihat kamu tanpa pakaian!”
Perlahan gadis itu kembali terisak dan berpikir seandainya saja ia menerima menjadi istri Ta. Tamat

Profesi dan Kehormatan


Aku tersentak bangun saat kudengar jam wekerku berdering dengan nyaring.

“Uhh.. Jam berapa ini..!” gumamku pelan sambil berusaha membuka mataku, aku masih malas dan ingin kembali tidur, tapi tiba tiba aku teringat bahwa hari ini aku harus buru-buru berkemas dan berangkat, kalau tidak, aku akan ketinggalan pesawat.

Hari ini aku akan pergi ke luar kota, bank swasta tempatku bekerja menugaskanku untuk mengikuti beberapa program pendidikan di kantor cabang salah satu kota di daerah Jawa Tengah.

Namaku Melinda tapi teman-teman biasa memanggilku Linda. Aku dilahirkan dari keluarga yang serba berkecukupan dan aku hanya mempunyai satu saudara kandung laki-laki, praktis semua permintaan dan kebutuhanku selalu dipenuhi oleh kedua orang tuaku. Aku benar benar sangat di manja oleh mereka. Ayahku berasal dari negeri Belanda, sedangkan ibuku berasal dari Menado, aku bersyukur karena seperti gadis peranakan pada umumnya, aku pun tumbuh menjadi gadis yang berwajah cukup cantik.

Saat ini usiaku 24 tahun, wajahku cantik dan kulitku putih mulus, rambutku lurus dan panjang sampai di bawah bahu, tubuhku pun termasuk tinggi dan langsing dipadu dengan ukuran buah dada yang termasuk besar untuk ukuran gadis seusiaku, ditambah lagi, aku sangat rajin merawat tubuhku sendiri supaya penampilanku dapat terus terjaga.

“Wah.. Aku belum sempat potong rambut nih..” gumamku sambil terus mematut diri di depan cermin sambil mengenakan pakaianku. Hari ini aku memakai setelan rok coklat tua dan kemeja putih berkerah, lalu aku padukan dengan blazer coklat muda. Aku merasa tampil makin cantik dengan pakaian kesayanganku ini, membuat aku tambah percaya diri.

Singkat cerita, aku telah sampai di kota tempatku akan bekerja. Aku langsung menuju kantor cabangku karena aku harus segera melapor dan menyelesaikan pekerjaan.

Sesampai di depan kantor suasananya terlihat sangat sepi, di lobby kantor hanya terlihat dua orang satpam yang sedang bertugas, mereka mengatakan bahwa seluruh karyawan sedang ada pelatihan di gedung sebelah. Dan mereka juga berkata bahwa aku sudah ditunggu oleh Pak Bobby di ruangannya di lantai dua, Pak Bobby adalah pimpinan kantor cabang di kota ini.

“Selamat siang..! Kamu Melinda kan..?” sambut Pak Bobby ramah sambil mempersilakan aku duduk.
“Iya Pak.. Tapi saya biasa di panggil Linda..” jawabku sopan.

Pak Bobby kemudian mengajukan beberapa pertanyaan kepadaku, sambil sesekali menanyakan keadaan para pegawai di kantor pusat. Cukup lama juga aku berbicara dengan Pak Bobby, hampir lima belas menit, padahal sebenarnya, aku harus ke gedung sebelah untuk mengikuti diklat, tapi Pak Bobby terus saja menahanku dengan mengajakku berbicara.

Sebenarnya aku sedikit risih dengan cara Pak Bobby memandangku, mulutnya memang mengajukan pertanyaan kepadaku, tapi matanya terus memandangi tubuhku, tatapannya seperti hendak menelanjangiku. Dia memperhatikanku mulai dari ujung kaki sampai ujung kepala, sesekali pandangannya tertumpu di sekitar paha dan buah dadaku. Aku agak menyesal karena hari ini aku mengenakan rok yang agak pendek, sehingga pahaku yang putih jadi sulit untuk kusembunyikan. Dasar mata keranjang, sungutku dalam hati. Baru tak berapa lama kemudian pembicaraan kami pun selesai dan Pak Bobby beranjak ke arah pintu mempersilakanku untuk mengikuti diklat di gedung sebelah.

“Terima kasih Pak.. Saya permisi dulu..” jawabku sambil beranjak ke arah pintu.

Perasaanku langsung lega karena dari tadi aku sudah sangat risih dengan pandangan mata Pak Bobby yang seperti hendak menelanku bulat bulat. Pak Bobby membukakan pintu untukku, aku pun berterima kasih sambil berjalan melewati pintu tersebut.

Tapi aku kaget bukan kepalang saat tiba tiba rambutku dijambak dan ditarik oleh Pak Bobby, sehingga aku kembali tertarik masuk ke ruangan itu, lalu Pak Bobby mendorongku dengan keras sehingga aku jatuh terjerembab di atas sofa tempat tadi aku duduk dan berbicara dengan Pak Bobby.

“Apa yang Bapak lakukan..?? Mau apa Bapak..?” jeritku setengah bergetar sambil memegangi kepalaku yang sakit akibat rambutku dijambak seperti itu.

Pak Bobby tidak menjawab, dia malah mendekatiku setelah sebelumnya menutup pintu ruangannya. Sedetik kemudian dia telah menyergap, mendekap dan menggumuliku, nafasnya mendengus menghembus di sekitar wajahku saat Pak Bobby berusaha menciumi bibirku

“Jangan.. Jangann..! Lepasskan.. Ssaya..!” jeritku sambil memalingkan wajahku menghindari terkaman mulutnya.
“Diam..!!” bentaknya mengancam sambil mempererat pelukannya pada tubuhku.

Aku terus meronta sambil memukulkan kedua tanganku ke atas pundaknya, berusaha melepaskan diri dari dekapannya, tapi Pak Bobby terus menghimpitku dengan erat, nafasku sampai tersengal sengal karena terdesak oleh tubuhnya. Bahkan sekarang Pak Bobby telah mengangkat tubuhku, dia menggendongku sambil tetap mendekap pinggangku, lalu dia menjatuhkan dirinya dan tubuhku di atas sofa dengan posisi aku ada di bagian bawah, sehingga kini tubuhku tertindih oleh tubuhnya.

Aku terus menjerit dan meronta, berusaha keluar dari dekapannya, lalu pada satu kesempatan aku berhasil menendang perutnya dengan lututku hingga membuat tubuhnya terjajar ke belakang. Dia terhenyak sambil memegangi perutnya, kupergunakan kesempatan itu untuk berlari ke arah pintu. Aku hampir sampai di pintu keluar saat tubuhku kembali tertarik ke belakang, rupanya Pak Bobby berhasil menggapai blazerku dan menariknya hingga terlepas dari tubuhku, sesaat kemudian aku sudah berada di dalam dekapannya kembali.

“Bajingann..! Lepaskan saya..!” jeritku sambil memakinya.

Tenagaku sudah mulai habis dan suaraku pun sudah mulai parau, Pak Bobby masih terus memelukku dari belakang sambil mulutnya berusaha menciumi leher dan tengkukku, sementara tangannya menelikung kedua tanganku, membuat tanganku terhimpit dan tidak dapat bergerak.

“Jangann..! Biadab.. Lepaskan sayaa..!” aku kembali menjerit parau.

Air mataku sudah meleleh membasahi pipiku, saat tangan Pak Bobby membetot keras kemeja putihku, membuat seluruh kancingnya terlepas dan berjatuhan di atas lantai. Sekarang tubuh bagian atasku menjadi setengah terbuka, mata Pak Bobby semakin melotot melihat buah dadaku yang masih terlindung di balik bra hitamku, setelah itu, dia menarik kemeja yang masih menempel di bahuku, dan terus menariknya sampai menuruni lenganku, sampai akhirnya Pak Bobby menggerakkan tangannya, melemparkan kemeja putihku yang telah terlepas dari tubuhku.

“Lepasskann..!!” jeritku saat satu tangannya mulai bergerak meremasi sebelah payudaraku.

Tubuhku mengelinjang hebat menahan ngilu di buah dadaku, tapi dia tidak berhenti, tangannya malah semakin keras meremas buah dadaku. Seluruh tubuhku bergetar keras saat Pak Bobby menyusupkan tangannya ke balik bra hitamku dan mulai kembali meremas payudaraku dengan kasar, sambil sesekali menjepit dan mempermainkan puting buah dadaku dengan jarinya, sementara mulutnya terus menjilati leherku dengan buas.

Pak Bobby sudah akan menarik lepas bra yang kukenakan, saat pada saat yang bersamaan pintu depan ruangannya terbuka, dan muncul seorang laki laki dengan wajah yang tampak kaget.

“Ada apa nih Pak Bobby..?” serunya, sambil memandangi tubuhku.
“Lepaskan saya.. Pak..! Tolong saya..! Pak Bobby akan memperkosa saya..!” jeritku memohon pertolongan dari orang itu.

Perasaanku sedikit lega saat laki-laki itu muncul, aku berharap dia akan menolongku. Tapi perkiraanku ternyata salah..

“Wah Pak.. Ada barang baru lagi nih. Cantik juga..!” seru laki-laki itu sambil berjalan mendekati kami, aku langsung lemas mendengar kata-katanya, ternyata laki laki ini sama bejatnya dengan Pak Bobby.
“Ada pesta kecil..! Cepat Han.!! Lu pegangi dia..! Cewek ini binal banget” jawab Pak Bobby sambil tetap mendekap tubuhku yang masih terus berusaha meronta.

Sedetik kemudian laki-laki itu sudah berada di depanku, tangannya langsung menggapai dan merengkuh pinggangku merapatkan tubuhnya dengan tubuhku, aku benar-benar tidak dapat bergerak, terhimpit oleh laki-laki itu dan Pak Bobby yang berada di belakangku, lalu tangannya bergerak ke arah bra-ku, dan dengan sekali sentak, dia berhasil merenggut bra itu dari tubuhku.

“Tidak.. Tidak..! Jangan lakukan..!!” jeritku panik.

Tangisku meledak, aku begitu ketakutan dan putus asa hingga seluruh bulu kudukku merinding, dan aku semakin gemetar ketakutan saat laki-laki yang ternyata bernama Burhan itu melangkah ke belakang, sedikit menjauhiku, dia diam sambil memandangi buah dadaku yang telah terbuka, pandangannya seperti hendak melahap habis payudaraku.

“Sempurna..! Besar dan padat..” gumamnya sambil terus memandangi kedua buah dadaku yang menggantung bebas.

Setelah itu dia kembali beranjak mendekatiku, mendongakkan kepalaku dan melumat bibirku, sementara tangannya langsung mencengkeram buah dadaku dan meremasnya dengan kasar. Suara tangisanku langsung terhenti saat mulutnya menciumi bibirku, kurasakan lidahnya menjulur di dalam mulutku, berusaha menggapai lidahku. Aku tercekat saat tangannya bergerak ke arah selangkanganku, menyusup ke balik rokku, aku langsung tersentak kaget saat tangannya merengkuh vaginaku. Kukumpulkan sisa-sisa tenagaku lalu dengan sekuat tenaga kudorong tubuh Pak Burhan.

“Tidak.! Tidak..! Lepaskan saya.. Bajingan kalian..!” aku menjerit sambil menendang-nendangkan kakiku berusaha menjauhkan laki-laki itu dari tubuhku.
“Ouh.. Ssakit..!!” keluhku saat Pak Bobby yang berada di belakangku kembali mendekapku dengan lebih erat. Kutengadahkan kepalaku, kutatap wajah Pak Bobby, aku memohon supaya dia melepaskanku.
“Tolonngg.. Hentikann Pak..!! Saya.. Mohon.. Lepaskan saya..” ucapku mengharap belas kasihannya.

Keadaanku saat itu sudah benar-benar berantakan, tubuh bagian atasku sudah benar-benar telanjang, membuat kedua payudaraku terlihat menggantung dan tidak lagi tertutup oleh apapun. Aku sangat takut, mereka akan lebih bernafsu lagi melihat keadaan tubuhku yang sudah setengah telanjang ini, apalagi saat ini tubuhku sedang ditelikung oleh Pak Bobby dari belakang hingga posisi itu membuat dadaku jadi terdorong ke depan dan otomatis buah dadaku pun ikut membusung.

Beberapa saat kemudian Pak Bobby tiba tiba mengendorkan dekapannya pada tubuhku dan akhirnya dia melepaskanku. Aku hampir tidak percaya bahwa Pak Bobby mau melepaskanku, padahal saat itu aku sudah sangat putus asa, aku sadar aku hampir tidak mungkin lolos dari desakan kedua laki-laki tersebut.

Tidak mau menyia-nyiakan kesempatan itu, aku langsung berlari secepatnya ke arah pintu, tapi lagi-lagi aku kalah cepat, Pak Burhan sudah menghadang di depanku dan langsung menghunjamkan pukulannya ke arah perutku.

“Arghh..!! Sshh.. Ouhh..” aku mengeluh kesakitan.

Kupegangi perutku, seketika itu juga, aku langsung jatuh terduduk, nafasku tersengal-sengal menahan sakit yang tak terkira. Belum hilang rasa sakitku, mereka berdua langsung menyerbu ke arahku.

“Pegangi tangannya Han..!!” seru Pak Bobby sambil mendorong tubuhku sehingga aku jatuh terjengkang di atas lantai.

Seketika itu juga Pak Burhan sudah berada di atas kepalaku dan mencengkeram kedua tanganku, sementara Pak Bobby berada di bawah tubuhku, mendekap kedua kakiku yang berusaha menendangnya. Dia sudah seperti kemasukan setan, melepasi sepatu hak tinggiku, merobek stockingku dan mencabik cabik rok yang kukenakan dan akhirnya dia merenggut dengan paksa celana dalamku, melolosinya dari kedua kakiku dan melemparkannya ke lantai.

“Lepasskann..! Lepasskan..! Tolongg.. Jangan perkosa sayaa..!” jeritanku makin keras di sela-sela keputusasaan.

Aku sudah tidak sanggup lagi menahan mereka yang sepertinya semakin bernafsu untuk memperkosaku, air mataku makin deras mengalir membasahi kedua pipiku, kupejamkan mataku, bulu kudukku langsung bergidik, aku tidak sanggup membayangkan kalau hari ini aku akan diperkosa oleh mereka.

“Jangann.. Ahh.. Tolongg..!” aku menjerit histeris saat Pak Bobby melepaskan pegangannya pada kedua kakiku.

Dia berdiri sambil melepaskan pakaiannya sendiri dengan sangat terburu-buru. Aku sadar, laki-laki ini sebentar lagi akan menggagahiku. Seketika itu juga kurapatkan kedua kakiku dan kutarik ke atas hingga menutupi sebagian dadaku, sementara kedua tanganku masih tetap di dekap erat oleh Pak Burhan. Tiba tiba Pak Bobby berjongkok, dia langsung menarik kedua kakiku, merenggangkannya dan kemudian memposisikan tubuhnya di antara kedua pangkal pahaku.

“Jangann..!!” keluhku lemah dan putus asa, sambil bertahan untuk tetap merapatkan kedua kakiku, tapi tenaga Pak Bobby jauh lebih kuat di bandingkan dengan tenagaku.

Aku terhenyak saat Pak Bobby mulai menindihku, membuatku jadi sesak dan sulit untuk bernafas, buah dadaku tertekan oleh dadanya, sementara perutnya menempel di atas perutku.

“Arghh..!! Jangann..! Sakiitt..!!” rintihku sambil berusaha menggeser pinggulku ke kiri dan ke kanan, saat kurasakan kemaluannya bergesekan dengan bibir kemaluanku.
“Sakiitt..!” aku kembali mengerang saat kepala penisnya mulai masuk ke dalam liang vaginaku.

Bersamaan dengan itu, tangan Pak Bobby bergerak, menjambak rambutku dan menariknya sehingga kepalaku terdongak, kemudian Pak Bobby dengan kasar melumat bibirku sambil terus menekankan tubuhnya ke arah selangkanganku. Kurasakan kesakitan yang luar biasa di dalam liang vaginaku saat batang penisnya terus melesak masuk menghunjam ke dalam lubang kemaluanku.

“Ahh..! Jangann..! Sakiitt..!” aku kembali menjerit dengan keras saat batang penisnya menembus dan merobek selaput daraku.

Tubuhku melenting ke atas menahan sakit yang amat sangat. Kuangkat kakiku dan kutendang-tendangkan, aku berusaha menutup kedua kakiku, tapi tetap saja batang penis itu terbenam di dalam vaginaku. Aku sungguh tersiksa dengan kesakitan yang mendera vaginaku. Kuhempaskan wajahku ke kiri dan ke kanan, membuat sebagian wajahku tertutup oleh rambutku sendiri, mataku membeliak dan seluruh tubuhku mengejang hebat. Kukatupkan mulutku, gigiku bergemeretak menahan sakit dan ngilu, nafasku seperti tercekat di tenggorokan dan tanpa sadar kucengkeram keras tangan Pak Burhan yang sedang memegang kedua tanganku.

Aku masih terus merintih dan menangis, aku terus berusaha menendang-nendangkan kedua kakiku saat Pak Bobby menarik batang penisnya sampai tinggal kepala penisnya saja yang berada di dalam liang vaginaku, lalu menghunjamkannya kembali ke dalam liang rahimku. Pak Bobby sudah benar-benar kesetanan, dia tidak peduli melihatku yang begitu kesakitan, dia terus bergerak dengan keras di dalam tubuhku, memompaku dengan kasar hingga membuat tubuhku ikut terguncang turun naik mengikuti gerakan tubuhnya.

“Ahh.. Sshh.. Lepaskann..!” jeritanku melemah saat kurasakan gerakannya makin cepat dan kasar di dalam liang kemaluanku, membuat tubuhku makin terguncang dengan keras, buah dadaku pun ikut mengeletar.

Kemudian Pak Bobby mendaratkan mulutnya di buah dadaku, menciumi dan mengulum puting payudaraku, sesekali dia menggigit puting buah dadaku dengan giginya, membuat aku kembali terpekik dan melenguh kesakitan. Kemudian mulutnya bergerak menjilati belahan dadaku dan kembali melumat bibirku, aku hanya bisa diam dan pasrah saat lidahnya masuk dan menari-nari di dalam mulutku, sepertinya dia sangat puas karena telah berhasil menggagahi dan merenggut keperawananku.

Perlahan-lahan dia menghentikan gerakannya memompa tubuhku, melesakkan kemaluannya di dalam liang vaginaku dan menahannya di sana sambil tetap memelukku dengan erat. Setelah itu dia menurunkan mulutnya ke sekitar leher dan pundakku, menjilatinya dan kemudian menyedot leherku dengan keras, membuat aku melenguh kesakitan. Cukup lama Pak Bobby menahan penisnya di dalam liang kemaluanku, dan aku dapat merasakan kemaluannya berdenyut dengan keras, denyutannya menggetarkan seluruh dinding liang vaginaku, lalu dia kembali bergerak memompa diriku, memperkosaku pelan pelan, lalu cepat dan kasar, begitu berulang ulang. Sepertinya Pak Bobby sangat menikmati pemerkosaannya terhadap diriku.

Aku meringis sambil tetap memejamkan kedua mataku, setiap gerakan dan hunjaman penisnya terasa sangat menyiksa dan menyakiti seluruh tubuhku, sampai akhirnya kurasakan mulutnya makin keras menyedot leherku dan mulai menggigitnya, aku menjerit kesakitan, tapi tangannya malah menjambak dan meremas rambutku. Tubuhnya makin rapat menyatu dengan tubuhku, dadanya makin keras menghimpit buah dadaku, membuatku makin sulit bernafas, lalu dia mengatupkan kedua kakiku dan menahannya dengan kakinya sambil terus memompa tubuhku, kemaluannya bergerak makin cepat di dalam vaginaku, kemudian dia merengkuh tubuhku dengan kuat sampai benar-benar menyatu dengan tubuhnya.

Aku sadar Pak Bobby akan berejakulasi di dalam tubuhku, mendadak aku jadi begitu panik dan ketakutan, aku tidak mau hamil karena pemerkosaan ini, pikiranku jadi begitu kalut saat kurasakan batang kemaluannya makin berdenyut-denyut tak terkendali di dalam liang rahimku.

“Jangann..! Jangan.. Di dalam..! Lepasskan..!!” jeritku histeris saat Pak Bobby menghentakkan penisnya beberapa kali sebelum akhirnya dia membenamkanya di dalam liang kemaluanku.

Seluruh tubuhnya menegang dan dia mendengus keras, bersamaan dengan itu aku meraskan cairan hangat menyemprot dan membasahi liang rahimku, Pak Bobby telah orgasme, menyemburkan sperma demi sperma ke dalam vaginaku, membuat dinding vaginaku yang lecet makin terasa perih. Aku meraung keras, tangisanku kembali meledak, kutahan nafasku dan kukejangkan seluruh otot-otot perutku, berusaha mendorong cairan spermanya agar keluar dari liang vaginaku, sampai akhirnya aku menyerah. Bersamaan dengan itu tubuh Pak Bobby jatuh terbaring lemas di atas tubuhku setelah seluruh cairan spermanya mengisi dan membanjiri liang rahimku.

Mataku menatap kosong dan hampa, menerawang langit-langit ruangan tersebut. Air mataku masih mengalir, pikiranku kacau, aku tidak tahu lagi apa yang harus kuperbuat setelah kejadian ini, kesucianku telah terenggut, kedua bajingan ini telah merenggut kegadisan dan masa depanku, tapi yang lebih menakutkanku, bagaimana jika nanti aku hamil..! Aku kembali terisak meratapi penderitaanku.

Tapi rupanya penderitaanku belum berakhir. Pak Bobby bergerak bangun, melepaskan himpitannya dari tubuhku, aku kembali merintih, menahan perih saat batang kemaluannya tertarik keluar dari liang kemaluanku. Kuangkat kepalaku, kulihat ada bercak darah bercampur dengan cairan putih di sekitar pangkal pahaku. Aku menangis, pandanganku nanar, kutatap Pak Bobby yang sedang berjalan menjauhiku dengan pandangan penuh dendam dan amarah.

Seluruh tubuhku terasa sangat lemah, kucoba untuk bangun, tapi Pak Burhan sudah berada di sampingku, dia menggerakan tangannya, menggulingkan tubuhku dan mulai menggumuli tubuhku yang menelungkup, aku diam tak bergerak saat Pak Burhan menciumi seluruh punggungku, sesaat kemudian dia bergerak ke arah belakang tubuhku, merengkuh pinggangku dan menariknya ke belakang. Aku terhenyak, tubuhku terseret ke belakang, lalu Pak Burhan mengangkat pinggulku ke atas, membuat posisiku jadi setengah merangkak, kutopang tubuhku dengan kedua tangan dan lututku, kepalaku menunduk lemas, rambut panjangku tergerai menutupi seluruh wajahku, kepanikan kembali melandaku saat kurasakan batang penisnya menempel dan bergesekan dengan bibir vaginaku.

“Linda..! Kamu memang benar-benar cantik dan seksi..” gumam Pak Burhan sambil tangannya meremasi pantatku, sementara batang penisnya terus menggesek-gesek di bibir vaginaku.
“Ahh.! Sakiitt..! Sudahh.. Sudah..! Hentikann..!! jeritku menahan sakit saat kemaluannya mulai melesak masuk ke dalam liang vaginaku.

Kuangkat punggung dan kedua lututku, menghindari hunjaman batang penisnya, tapi Pak Burhan terus menahan tubuhku, memaksaku untuk tetap membungkuk. Seluruh otot di punggungku menegang, tanganku mengepal keras, aku benar-benar tak kuasa menahan perih saat penisnya terus melesak masuk, menggesek dinding vaginaku yang masih luka dan lecet akibat pemerkosaan pertama tadi, kugigit bibirku sendiri saat Pak Burhan mulai bergerak memompa tubuhku.

“Lepasskan..! Sudah..! Hentikaann..!!” jeritku putus asa.

Nafasku kembali tersengal sengal, tapi Pak Burhan terus memompaku dengan kasar sambil tangannya meremasi pantatku, sesekali tangannya merengkuh pinggulku, menahan tubuhku yang berusaha merangkak menjauhi tubuhnya, seluruh tubuhku kembali terguncang, terombang ambing oleh gerakannya yang sedang memompaku.

Tiba tiba kurasakan wajahku terangkat, kubuka mataku dan kulihat Pak Bobby berjongkok di depanku, meraih daguku dan mengangkatnya, Pak Bobby tersenyum menatapku dengan wajah penuh kemenangan, menatap buah dadaku yang menggantung dan menggeletar, meremasnya dengan kasar, lalu Pak Bobby mendekatkan wajahnya, menyibakkan rambutku yang tergerai, sesaat kemudian, mulutnya kembali melumat bibirku, mataku terpejam, air mataku kembali meleleh saat mulutnya dengan rakus menciumi bibirku.

“Ahh..!!” aku terpekik pelan saat Pak Burhan menyentakkan tubuhnya dan menekanku dengan kuat.

Batang penisnya terasa berdenyut keras di dalam lubang kemaluanku, lalu kurasakan cairan hangat kembali menyembur di dalam liang rahimku, aku menyerah, aku sudah tidak punya kekuatan lagi untuk melawan, kubiarkan saja Pak Burhan menyemburkan dan mengisi liang kemaluanku dengan cairan spermanya.

“Periihh..!!” rintihku pelan.

Pak burhan masih sempat menghunjamkan kemaluannya beberapa kali lagi ke dalam liang vaginaku, menghabiskan sisa sisa ejakulasinya di dalam liang rahimku sebelum akhirnya dia menariknya keluar melewati bibir vaginaku yang semakin terasa perih.

Sedetik kemudian satu kepalan tangan mendarat di wajahku. Aku terlempar ke samping, pandanganku berkunang kunang, lalu gelap. Aku jatuh pingsan. Saat siuman aku temukan foto-foto telanjangku berserakan di samping tubuhku dengan sebuah pesan..

“Pastikan..! Hanya Kita Bertiga yang Tahu..!!”

Hari itu juga aku kembali pulang ke Jakarta dengan membawa penderitaan yang amat berat, sesuatu yang paling berharga telah hilang dari diriku dirampas oleh kebiadaban mereka.

Ngerjain Pembantu Kost


Hari terakhir ujian, rasanya suntuk banget dech,.. agak mendung memasuki tempat kost-kostan-ku,. Perlahan aku membuka pintu kamar-ku,.. baru aku mau memasuki kamar kost-ku,.. Mang Udin melintas,..

” Non,.. ” Geli banget liat dia cengengesan begitu,. Terlebih aku belum melakukan pembalasan pada Mang Udin,..
” Apa Mang Ujang ?? ” Tanya-ku malas-malasan,..
” Nama saya Udin Non, bukan Ujang,.. ” Protesnya,..
” Ah sama aja,.. kan emang Ujang artinya pembantu kan ?? ” Jawab-ku
” Yeah, si non, Ujang nama non,.. bukan artinya pembantu,.. ” Terangnya,..
” Owh, gitu,.. terus kenapa Mang Udin,. ” Aku ingin cepat-cepat masuk, sebal melihat mukanya yang jelek itu,..
” Gapapa non, kangen aja,.. ” Dia cengengesan, dia kira bagus kali ya,..

Aku melangkah masuk dalam kamar,.. kukunci rapat-rapat biar Mang Ujang, eh Mang Udin gak masuk ke dalam lagi kayak kejadian waktu itu,.. tunggu aja Mang Udin, seminggu lagi ya,..

Singkat kata, yang gak perlu aku certain gimana susahnya ujian aku, akhirnya seminggu kemudian, hari kamis waktu itu, temen-temen waktu SMU-ku datang ke tempat-ku,. Yang satu namanya Adel yang ini tipe cewek yang bener-bener cerewet, 100x lebih bawel daripada aku,chubby-chubby gitu tapi tetep seksi,.. rambutnya di cat coklat,.. yang satunya lagi nama Erlin, tapi kita biasa manggil dia Lili,.. sama cerewetnya sama aku, cantik dech orangnya dan rambutnya juga masih panjang seperti dulu, kesannya anggun..

Kalau aku ?? Gak usah diceritain dech ya,. dah sering banget, tar jadi narsis galleri lagi, hohoho^^

Nah kebayang gak gimana rame-nya kamar kost aku, ada 3 orang cewek bawel yang udah sekitar 3 bulan-an gak ketemu,. Dan kayaknya gak kan menarik juga buat diceritain kan,.. masa u mau denger kita gosipin cowok-cowok, tar pada minder lagi,.. hehehe,..

Ampe akhirnya aku ngungkapin ide gila buat ngerjain Mang Udin itu,.. pertamannya Lili menolak ide gila itu,. Beda dengan Adel yang penasaran dengan penis impotent-nya Mang Udin,..

” Yakin Dell ?? ” tanya Lili,.. mukanya gak yakin gitu,..
” Yakin lah, itung-itung bantuin temen hahaha,.. “
” Mang punya rencana pa Dell ?? ” Tanya-ku penasaran,..

Adel pun membisik kami bertiga,..Mendengar idenya yang gila itu Aku dan Lili langsung tertawa,..
” Tapi lu ya yang banyak godain,.. ” Lili masih tertawa menodong Adel,.
” Iya dech beres,… ” Adel ikut tertawa-tawa,..

Maka Operasi Balas Dendam pun dimulai,..

” Mang Udin, tolong donk,.. ” Aku memanggil Mang Udin yang kebetulan lewat, padahal sebenarnya memang sengaja sudah kutunggu,..
” Loh ada apa non, ” Iya buru-buru mendekat, pasti bukan karena dia pembantu yang rajin, tapi melihat ku yang hanya mengenakan handuk membebat tubuh-ku,..
” Itu Mang Udin, Air dikamar Mandi mati,.. ” Rajuk-ku,..
” Tar Mang Udin periksa diatas,.. ” Katanya, matanya itu udah kayak mau nerkam aja,..
” Itu Mang Udin, Shower aku aja kali yang mati, soalnya di Wastafel nyala koq,.. “
” OW, yawda Mang Udin masuk ya, periksa,.. ” Wajahnya itu seolah mengatakan, ” Nah gini donk, ini yang gue tunggu,.. “

Namun Mang Udin begitu terkejut setelah memasuki kamar-ku itu, Adel dan Lili berdiri disebelah kursi yang biasa kupakai untuk main komputer dan browsing DS,. Keduanya tersenyum manja menatap Mang Udin,..
” Duduk sini donk Mang,.. ” Goda Adel,.Sementara aku menutup pintu kamar-ku
” Keran,.. ” , ” Saya mau benerin keran,.. ” Kata Mang Udin, pura-pura… dasar bandot yang suka pura-pura,..
” Tar aja, sini dulu duduk,.. “
Mang udin seperti kebinggungan, menarik nafas sebelum kemudian melangkah ke arah kursi, dan duduk diatasnya,..

Mang Udin sekarang duduk di kursi, wajahnya tampak binggung namun juga ada guratan bahagia dalam senyumannya, bagaimana tidak, didepannya berdiri tiga orang gadis cantik yang notabenenya masih mahasiswi dengan hanya handuk yang membebat tubuh kami bertiga,..

Adel yang memang paling gila diantara kami langsung menggoda mang Udin,..
” Mang Udin ya ?? ” goda Adel sambil duduk di paha Mang Udin,..
Mimik Mang Udin tampak seperti orang yang serba salah, ia mengganguk sambil menjawab dengan gelagapan,..
” I…I ya neng, neng siapa ya ?? ” Tanya-nya, tampaknya ia masih malu-malu kucing, padahal biasanya gak tau malu,..
” Ah, Mang Udin, ini kan temen aku, kenalin donk,.. ” Goda-ku, sekaligus sebal melihat gaya-nya yang sok alim itu,..
” Udin neng,.. ” Sambat Mang Udin, sambil menyalami Adel,..
” Adel,.. ” Adel senyum menggoda,..tangannya melepas kancing-kancing baju Mang Udin,..
” Mang udin Mang Udin, mang Udin suka ga diginiin ?? ” Goda Adel sambil membelaikan jemarinya di dada Mang Udin,..

Ekspersi kaget Mang Udin yang gak biasa, benar-benar membuat perut ku melilit menahan tawa, Adel memang benar-benar nekad mengoda Mang Udin seperti ini,..Lili yang sendari tadi tampak grogi langsung tertawa lepas, malah ikut-ikutan menggoda Mang Udin,..
” Mang Udin badannya kuat ya,.. ” Bisik Lili tepat di depan telinga Mang Udin
” Oh iya donk Dek,.. ” Jawabnya dengan logat Madura,.. sementara ia sedikit menarik wajahnya tak tahan merasakan hembusan nafas Lili di telinganya,..
” Buka ya Mang Udin,.. ” Adel hanya pura-pura saja, sementara ia dan Lili sudah memelorotkan celana Mang Udin, hingga penisnya yang lemah itu menggantung

Adel dan Lili menahan tawa, sama seperti aku,.. Adel meraih tangan Mang Udin meminta Mang Udin melepaskan handuk-nya, iseng Mang Udin juga langsung melepaskan kaitan handuk Lili,..
” Aduh si Mamang,.. ” Lili seperti kaget, melihat keusilan Mang Udin,..
” Hehehehe,.. ” Mang Udin membalas dengan cengengesannya,..
” Mang udin mau ?? ” Tanya Adel,..menunjuk penis Mang Udin yang masih terkulai lemah
” Apa aja mau dech Neng,.. ” Mang Udin cengengesan
Adel menunduk dan meraih penis itu dengan tangannya, lidahnya dijulurkan keluar, dan tubuh Mang Udin bergetar hebat saat lidah Adel menyentuh penisnya itu,..

” Duh Mang Udin, seneng ya ?? ” Ejek-ku,.
” Iya donk Non, hehehe,.. ” Seperti yang kuduga, begitu aku mendekat Mang Udin langsung menarik handuk-ku,..
” Biar telanjang semua,.. ” Katanya cengengesan,.

Aku hanya tersenyum saja melihat tingkahnya, sambil tertawa dalam hati menunggu balas dendam-ku beberapa saat lagi,..

Mang udin mulai berani dan memagut bibir Lili, Lili sendiri awalnya ingin menolak namun tak jadi, ia membiarkan Mang Udin menciumnya sementara Adel lebih sibuk dengan usaha-nya dan memang paling bersemangat untuk membuktikan “Ketidak-perkasaan” mang Udin itu, ia menggunakan lidahnya memainkan penis Mang Udin, sesekali mengulumnya tanpa rasa jijik sedikit pun, memang yang satu ini agak-agak hyperseks,..

Ia mengulum kepala penis Mang Udin yang nanggung antara keras dan gak itu,.. sementara tangannya sibuk mengocok batang kemaluannya,.. aku membantu Adel dengan memainkan buah zakar Mang Udin, dan aku memang selalu tertarik dengan bentuk puting mang Udin yang selalu mengacung, aku memainkan putingnya yang lucu itu dengan lidah-ku membelai dadanya hingga mulai basah sementara Mang Udin masih sibuk memagut Lili, yang terlihat fine-fine aja menerima ciuman Mang Udin yang benernya gak enak, dan asal-asalan, sementara juga tangan Mang Udin tak membiarkan sepasang buah dada Lili yang menggantung didekatnya itu,…

Tangannya memainkan buah dada Lili, meremas-remasnya perlahan hingga sedikit kasar, yang membuat Lili sesekali merintih,.. cukup lama juga kami berempat dalam keadaan itu, namun penis Mang Udin tak kunjung berdiri, malah bergetar-getar dan menumpahkan spermanya ke dada Adel,..

” Masih kuat Mang ?? ” Tanya Adel,..
” Iya Mang Kalo gak kuat jangan dipaksa,.. ” Ejek-ku, dengan nada halus,..
” Iya loh Mang nanti impoten,.. ” Kata Lili,
” Aduh Neng-neng ini, tenang itu belum apa-apa,..”
” Bener nich mang ?? ” Tanya Adel
” Bener dech non,.. “
” Yawda sini Mang ayo tiduran,.. ” Adel membimbing Mang Udin ke kasur-ku,..

Adel berdiri sebelum memberikan vaginanya itu tepat diwajah Mang Udin, Mang Udin dengan sigap menggerakan lidahnya membelai vagina Adel itu, lidahnya menyapu-nyapu, sementara aku menggangu Mang Udin dengan membelai-belai dada-nya dengan jemari-ku, sesekali aku menggunakan lidah-ku itu membelai puting-nya itu,..

Tubuhnya bergetar-getar menerima rangsangan demikian rupa, namun ia juga hanya bisa mendesah-desah tertahan, dan sedang sibuk menggerakan lidahnya di vagina Adel, sesekali Adel mendesah-desah nikmat, memang aku tahu benar kalau itu salah satu keahlian Mang Udin, selain permainan tangannya,.. tapi ya hanya 2 itu yang bagus dari Mang Udin, yang lainnya sich gak, apalagi junior-nya yang gak bisa tegak,..

” Ehmmm, Mang Udin,.. ” Adel mendesah-desah, aku sedikit menahan tawa juga melihat ekspresi wajah teman-ku itu,..
Sementara Lili mulai memainkan penis Mang Udin dengan tangannya, sepertinya ia sangat tertarik dengan penis Mang Udin yang memiliki kepala penis yang disunat, tapi pendek dan lembek seperti itu,.. ia tersenyum-senyum sendiri sambil memainkan penis itu dengan tangannya, sambil sesekali memainkan lidahnya di buah zakar penis itu,..

” Mang Udin enak gak ?? ” Tanya Lili,..
” Enn-ennak Non,.. lagi,.. ” Jawab Mang Udin disela permainan Lidahnya untuk Adel..
” Kalo gitu bikin keras donk,.. ” Lili senyum-senyum terhalang oleh tubuh Adel,.
Mang Udin sepertinya pura-pura tak mendengar dan meneruskan permainan lidahnya itu,.

Sementara aku dan Lili sekarang sibuk merangsang penis Mang Udi, sesekali terlihat ingin mengeras namun tak lama kemudian kembali lembek dan terkulai, aku dan Lili hanya senyum-senyum sendiri, melihat lemasnya penis Mang Udin itu, sementara tangan kami berdua saling bergantian memainkan penis Mang Udin mulai dari batangnya hingga buah zakarnya itu,..

Penis itu tiba-tiba gemetaran, tak lama kemudian tubuh Mang Udin ikut-ikutan menjadi kaku, sementara penisnya mulai menumpahkan cairan kental, aku tertawa-tawa saja melihatnya, demikian juga dengan Lili,..

” Mang Udah keluar ya ?? ” Goda-ku,..
” Belum Neng, itu sich cuma dikit aja,.. “
” OH gitu,.. ” Jawab-ku pura-pura bodoh,..

” Mang Udin kuat ya,.. ” Adel pura-pura memuji,.. di sela desahannya,..
” Iya donk neng, Udin,.. ” Katanya bangga,..
” Adel mau nyobain ya ?? ” Kata Adel lagi, mimik wajah Mang Udin langsung berubah serius, seperti orang yang kebinggungan
” Yawda,.. ” Katanya pasrah,.

Adel merangkak turun, ia menarik penis Mang Udin yang terkulai lemah itu, ia memandang Mang Udin dengan ragu-ragu,..
” Ini bisa Mang ?? ” Tanya Adel,..
” Tergantung rangsangannya,.. ” Ia mengelak,..
Adel hanya tersenyum, dan menindih penis itu, dengan tangannya ia membimbing penis itu tepat di mulut vagina-nya, sementara perlahan ia mulai menggerakan tubuhnya membalur penis Mang Udin diantara tangannya dan mulut vaginanya,

Pasti menarik gaya Adel itu andai penis Mang Udin bisa mengeras, aku dan Lili pun berpindah mencium Mang Udin, namun wajah mang Udin malah seperti orang yang sedang menahan rasa ngilu,..sementara tangan-ku, menarik tangan Mang Udin ke dada-ku, perlahan Mang Udin mulai meremas dada-ku itu, sambil membalas ciuman Lili, tangannya meremas payudara-ku, memainkan puting-ku, hingga aku sedikit mendesah menahan rasa yang diberikan oleh Mang Udin,.

Melihat reaksi-ku Mang Udin seperti diatas angin, tangannya mulai bergerak turun menuju belahan vagina-ku, merenggangkannya dan menyentuh daerah sensitife-ku itu dengan tangannya,.. merasakan belaian tangannya di titik itu sedikit membuat tubuh-ku merinding, namun aku tak mau ketinggalan mengerjai Mang Udin, aku pun menarik tangannya dari lubang kemaluan-ku itu, bis aku kan gampang banget naik-nya..

Aku menyodorkan saja dada-ku kemulutnya, Mang Udin melepaskan ciumannya dari Lili, dan memainkan dada-ku itu dengan lidahnya, sentuhan lidahnya yang memainkan puting-ku membuat-ku merinding juga, terlebih sesekali gigitan pelannya itu,.. Namun bukan Mang Udin kalau cepat puas, seolah melupakan rasa sakit yang mimiknya masih terekam jelas diwajahnya itu, tak dapat dari aku, tangan Mang Udin bergerilya ke lubang kewanitaan Lili,.. Lili hanya diam saja, membiarkan tangan Mang Udin bermain disana,..

Wajah Lili pun mulai berubah, wajahnya yang merona merah, sementara Mang Udin masih cukup dapat membagi konsentrasinya memainkan lidahnya di dada-ku dan tangannya di vagina Lili, sementara Adel makin asyik mengerjai Mang Udin meremas-remas kantung kemaluannya itu sambil terus memainkan penis Mang Udin diantara tangan dan bibir kemaluannya itu,. Membuat Mang Udin tak bertahan lama..

Tubuh Mang Udin kembali bergetar-getar hebat, ia gemetaran tapi wajahnya seperti orang yang sedang menahan rasa sakit,..Penis Mang Udin kembali mengeluarkan cairan spermanya itu, ia merintih-rintih menahan sakit menghentikan gerakan tangannya di vagina-ku dan vagina Lili, ia seperti orang yang sedang begitu menahan rasa ngilu,.. sementara Adel pun langsung turun, melihat penis Mang Udin yang seperti mengkerut itu, wajah Adel tampak puas mengerjai Mang Udin seperti itu,..

” Wah jangan-jangan Mang Udin emang impotent nich,.. ” Aku menyambar kesempatan yang dibuat oleh Adel,..
” Eh enak aja, ini kan belum keras aja,. ” Elak Mang Udin,
” Tapi ini kan udah ampe keluar lagi Mang,.. ” Tanya Lili, seperti biasa dengan gaya-nya yang polos,..
” Ya itu sich sial aja Non,.. ” Kata Mang Udin
” Ah yang bener Mang,.. ” Adel mengunakan jarinya menekan-nekan penis Mang Udin yang lemah itu,..
” Iya bener Non,.. ” Katanya menahan rasa sakit,..
” Kalau gitu aku mainin lagi ya Mang,.. ” Ancam ku, menarik penis Mang Udin, seperti ingin mengocoknya,..
” Ampun dech Non ampun,..Iya Mang Udin Impotent ” Kata Mang Udin tak tahan, kalang kabut, penisnya kian layu setelah terpaksa 3 kali memuntahkan spermanya terlebih dengan penisnya yang tak bisa keras itu, kata dia sich sedikit ngilu,.

” Nah, Mang Udin mulai sekarang jangan suka iseng-iseng bawa orang luar lagi ya,.. ” Kataku, sambil membelai wajahnya,..
” Iya Non, gak lagi suer dech,.. “
” Nah Mang Udin juga gak mungkin kan cerita keimpotenaan Mang Udin kesebar,.. ” Kata-ku lagi,..
” Iya Non, Mang Udin negrti musti gimana, Janji,.. ” Wajahnya masih ditekuk
” Ya kalau gitu Mang Udin mandi dulu sana,.hehehe.. ” Adel mentertawai penis Mang Udin yang sekarang benar-benar terkulai lemah tak berdaya,..
” Gak dimandiin Non ?? ” Tanya Mang Udin masih tak tahu malu,..
” Tar ya Mang, kalau udah bisa tegak anu-nya,.. ” Lili ikut-ikutan mentertawai Mang Udin yang akhirnya mau mengakui kalau dia Impoten,..

Dengan wajah yang Diteguk, Mang Udin keluar dari kamar-ku, dan kami bertiga pun tertawa lebar penuh dengan kepuasaan sehabis mengerjai Mang Udin,..